Elektabilitas RK Bisa Anjlok, Beberapa Data Survey Tidak Objektif

JABAR NEWS | BANDUNG – Menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Provinsi Jawa Barat (Jabar) 2018, saat ini baru 1 bakal calon yang sudah mendeklarasikan secara langsung untuk maju.

Bakal calon tersebut yaitu Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (RK) yang sudah mendapatkan dukungan dari Partai Nasional Demokrat (NasDem).

Kendati demikian, elektabilitas Ridwan Kamil yang kini di atas angin dinilai masih rentan terjun bebas seiring masih panjangnya sisa waktu menjelang Pilgub Jabar 2018.

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kemungkinan anjloknya tingkat keterpilihan Ridwan Kamil itu, seperti situasi politik dan opini masyarakat.

Apalagi hasil survei yang dirilis dari sejumlah lembaga survei belum menjamin posisi Ridwan Kamil tetap bisa berada diposisi tertinggi karena hasil survei ada batasan masa kedaluarsa.

Baca Juga:  DCI Microsoft Sebut Tingkat Kesopanan Online Netizen Indonesia Memburuk, Ini Sebabnya

“Jika situasi politik makin menghangat, ada beberapa hal yang jadi sorotan, salah satunya objektivitas hasil survei. Pasalnya, dalam beberapa sisi ada ditemukan data-data yang tidak objektif,” kata Direktur Lingkar Studi Informasi dan Demokrasi Dedi Barnadi saat diskusi Poros Muda Jabar yang mengangkat tema “Mengukur Objektivitas Lembaga Survei pada Pilkada Jabar 2018” di Bandung, Kamis (06/04/2017).

Terkait masa kedaluarsa hasil survei menurut Dedi itu bervariasi. Saat momentum politiknya masih lama, masa kedaluarsanya pun lama. Dan jika momentumnya sudah dekat, masa kedaluarsa pun semakin pendek.

“Jika momentumnya sudah dekat, hitungannya bisa per detik, menit, jam, hari juga minggu,” jelasnya.

Selain itu jika dilihat dari opini masyarakat terhadap Ridwan Kamil saat ini, elektabilitasnya memang masih sangat rentan terjun bebas.

Baca Juga:  Bupati Purwakarta, Menggagas Nyi Pohaci Menjadi Sebuah Branding

Apalagi pasca deklarasi dukungan dari Partai NasDem, terdapat opini publik yang cenderung miring di berbagai media apalagi di media sosial.

Salah satu contohnya, pada Pilgub 2013 lalu elektabilitas Dede Yusuf yang merosot tajam akibat opini yang berkembang di masyarakat.

“Banyak yang menyebabkan elektabilitas Dede Yusuf akhirnya turun seperti waktu, kerja-kerja politik dari tim sukses, opini, hingga penggalangan massa.

Kendati demikian, Dedi enggan menghakimi hasil survei yang menempatkan Ridwan Kamil di posisi teratas tidak objektif, namun survei yang baik harus mengungkapkan metodologi, karakter responden, hingga margin of error secara menyeluruh.

“Lembaga survei harus berani memberikan informasi siapa yang mendanai survei karena masyarakat harus tahu, tapi pada umumnya hal ini tidak diungkapkan,” ujarnya.

Baca Juga:  Pramuka Garut Raih Berbagai Prestasi

Sementara itu, peneliti dari Sinergi Riset Nusantara Eko Arief Nugroho menambahkan, jarak pelaksanaan survei dengan pencoblosan yang masih cukup lama bisa memungkinkan terjadinya penurunan elektabilitas yang diakibatkan dinamika politik.

“Itu bisa dilihat, saat ini setelah deklarasi (NasDem), elektabilitas Ridwan Kamil tidak naik signifikan,” tambah Eko.

Eko berpendapat, pertarungan bakal calon untuk bisa mendapatkan dukungan pada Pilgub Jabar 2018 nanti akan terlihat jika nama-nama lain sudah mulai bermunculan.

“Saat inikan baru Ridwan Kamil yang naik dan usai deklarasi, elektabilitas hanya naik sedikit. Biasanya jika sudah deklarasi mampu mendongkrak persentase 5 sampai10%,” tuturnya. (Yan)

Jabar News | Berita Jawa Barat