JABAR NEWS | JURNAL – Sepanjang sejarah telah banyak kisah cinta yang dianggap sebagai kisah cinta sejati. Baik itu hanya sekedar dongeng maupun kisah cinta yang benar-benar terjadi. Salah satu contoh yang paling populer tentu adalah kisab antara Romeo dan Juliet. Sebuah kisah cinta beda latar belakang yang berujung tragis dengan kematian keduanya.
Kisah cinta yang berujung tragis seperti ini ternyata juga lumayan banyak terjadi di dunia, salah satunya juda di Indonesia. Tanah Nusantara yang memang kaya akan sisi historis ini, rupanya juga menyimpan beberapa kisah cinta yang tak berakhir dengan manis. Baik itu karena musibah, kutukan, hingga muslihat kisah-kisah cinta yang seharusnya berakhir dengan bahagia justru harus berakhir dengan kisah pilu.
Berikut Kisah Legenda Cinta Asal Nusantara Yang Berakhir Tragis, versi anehdidunia.com
Jayaprana dan Layon Sari
Legenda kisah cinta pertama datang dari Bali, yaitu kisah cinta antara Jayaprana dan Layon Sari. Kisah ini merupakan kisah cinta antara pasangan suami-istri yang dianggap paling ideal pada masanya. Namun karena gangguan dari pihak ketiga kisah dari Jayaprana dan Layon Sari justru berakhir dengan kematian tragis keduanya.
Kisah ini bermula dari kehidupan seorang Jayaprana yang merupakan seorang anak yatim piatu. Karena sudah tak memiliki orang tua Jayaprana kemudian dibesarkan oleh penguasa desa Kalianget, hingga menjadi seorang pemuda yang tangkas dan kuat. Setelah dewasa Jayaprana kemudian jatuh cinta pada Ni Nyoman Layon Sari, seorang gadis asal desa tetangga yang terkenal dengan kecantikanya. Gayung pun bersambut karena Ni Nyoman Layon Sari ternyata juga memiliki rasa terhadap Jayaprana. Keduanya kemudian menikah dan dianggap sebagai pasangan yang sangat ideal pada masanya.
Namun kebahagian keduanya ini ternyata tak bertahan lama, karena seorang Raja yang menguasai daerah tersebut, terpikat dengan kecantikan Layon Sari dan berniat untuk merebutnya dari tangan Jayaprana. Raja ini kemudian menyusun rencana untuk menyingkirkan Jayaprana dengan mengirimnya untuk melawan bajak laut kabarnya baru tiba di wilayah Bali bagian barat. Jayaprana pun kemudian berangkat memenuhi tugas dari Rajanya bersama beberapa pasukan yang di utus oleh Raja. Tapi setibanya Jayaprana di di wilayah tersebut, ia justru dibunuh oleh pasukan utusan Raja yang dikirim bersamanya. Setelah kematian Jayaprana, Raja kemudian meminta Layonsari untuk menikah denganya. Mendapati permintaan ini Layon Sari yang tak memiki kuasa untuk menolak karena ia hanya rakyat biasa, akhirnya justru memilih bunuh diri dari pada dipersunting oleh Raja, karena rasa cintanya pada suaminya Jayaprana.
Tan Bun An dan Siti Fatimah
Tan Bun an merupakan saudagar asal China yang berdagang hingga ke kota Palembang. Di kota ini ia kemudian bertemu dengan seorang gadis bernama Siti Fatimah dan jatuh cinta padanya. Namun Siti Fatimah bukanlah gadis biasa karena ia merupakan seorang putri dari kerajaan yang ada di Palembang. Karena itu saat berniat untuk melamar pujaan hatinya, orang tua Siti Fatimah membeikan beberapa syarat yang lumayan berat. Salah satu syarat itu diantaranya adalah keluarga Tan harus memberikan sembilan guci emas sebagai salah satu seserahan.
Mendengar syarat ini Tan kemudian kembali ke China untuk meminta izin pada orang tuanya agar bisa meminang Siti Fatimah. Orang tua Tan kemudian menyanggupi syarat yang ada dan memberi Tan 9 guci berisi emas. Oleh orang tua Tan, emas dalam Guci ini kemudian disamarkan dengan menarus sawi diatasnya untuk menghindari ancaman bajak laut selama perjalanan dari China ke Palembang. Namun sayanganya Tan sepertinya tak mengetahui hal ini, karena setibanya ia di Palembang Tan terkejut ketika hendak memperlihatkan isi Guci tersebut pada Siti Fatimah, isinya justru hanya sawi yang telah membusuk.
Tan yang saat itu merasa sangat kecewa, kemudian membuang semua Guci tadi ke Sungai Musi. Akan tetapi saat guci terakhir ia lempar, guci tersebut terhempas ke dinding kapal hingga pecah. Saat itulah emas-emas yang tersembunyi dalam guci itu terlihat. Tan yang panik kemudian buru-buru melompat ke sungai untuk mengambil guci-guci yang tadi sudah ia lempar. Namun setelah menyelam Tan tak kunjung kembali kepermukaan air, hingga beberapa ABK kapal memutuskan untuk terjun ke sungai dan mencarinya. Sayangnya tubuh Tan tak pernah ditemukan lagi, melihat hal ini Siti Fatimah yang panik kemudian juga mencoba untuk terjun ke sungai dan mencari Tan. Siti kemudian akhirnya benar-benar terjun ke sungai setelah sebelumnya berpesan “Jika kelak ada tanah yang tumbuh di Sungai Musi ini, maka di situlah kuburan kami.” Hal ini kemudian terbukti karena tak berselang lama muncul sebuah daratan di Sungai Musi yang kini dikenal sebagai Pulau Kemaro. Sebuah pulau kecil yang sering dianggap sebagai monumen dari kisah cinta tragis antara Tan Bun An dan Siti Fatimah.
Raden Baron Kusuma dan Dewi Anjarwati
Raden Baron Kusuma merupakan seorang ksatria yang berasal dari Gunung Anjasmara, suatu hari dalam perjalananya ia bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi. Singkat cerita keduanya kemudian saling jatuh hati dan akhirnya menikah. Setelah menikah Raden Baron Kusuma kemudian meminta izin pada orang tua Dewi Anjarwati untuk membawa istrinya tersebut ke Gunung Anjasmara guna diperkenalkan dengan orang tuanya. Namun kedua orang tua Dewi Anjarwati melarang keduanya untuk bepergian karena usia pernikahan mereka yang belum genap selapan dino (36 hari). Dalam kepercayaan orang Jawa pasangan pengantin yang baru menikah dan belum melewati 36 hari bersama, maka pantang bagi mereka untuk bepergian jauh karena takut akan tertimpa musibah.
Sayangnya meski sudah dijelaskan alasan orang tua Dewi Anjarwati melarang perjalanan ini, Raden Baron Kusuma tetap bersikukuh untuk pergi dan memperkenalkan Dewi Anjarwati pada orang tuanya. Melihat Raden Baron Kusuma yang begitu kuat, Orang tua Dewi Anjarwati akhirnya menyerah dan mengijinkan keduanya untuk pergi. Pasangan penganti baru inipun akhirnya berangkat dengan ditemani 4 orang pembantu yang menemani mereka.
Di tengah perjalanan Dewi Anjarwati yang merasa kelelahan dan haus akhirnya meminta suaminya untuk mencarikan air minum, sembari mereka beristirahat. Raden Baron Kusuma kemudian pergi dan menemukan sebuah sungai kecil dengan air yang amat jernih, karena penasaran ia kemudian menelusuri sumber mata air sungai itu, tak lama kemudian ia akhirnya menemukan darimana air itu bersumber yang ternyata merupakan sebuah air terjuh atau dalam bahasa Jawa disebut “Coban.”
Setelah itu Raden Baron Kusuma kemudian kembali ke tempat Istrinya beristirahat sambil membawa air. Tapi begitu ia sampai, Raden Baron Kusuma justru melihat Istrinya sedang coba diganggu oleh seorang pria. Untungnya pria bernama Joko Lelono tersebut berhasil dihalang-halangi oleh para pembantu yang menjaga Dewi Anjarwati. Dengan di bakar amarah Raden Baron Kusuma kemudian menanyakan maksud dari Joko Lelono menggoda Istrinya. Bukanya meminta maaf Joko Lelolo justru dengan angkuh berkata bahwa ia tertarik dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan ingin merebutnya dari tangan Raden Baron Asmoro. Mendengar ucapan Joko Lelono ini, Raden Baron Asmoro langsung naik pitam dan menantang Joko Lelono untuk berduel. Selama berduel ini Raden Baron Kusuma meminta agar istrinya bersembunyi di Air terjun yang baru saja ia temukan. Dewi Anjarwati pun kemudian menunggu dengan sabar dalam air terjun tersebut, namun setelah sekian lama menunggu suaminya tak kunjung muncul juga. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan mencari suaminya, tapi setibanya ia di tempat duel itu ternyata Raden Baron Kusuma sudah terbunuh. Mendapati suaminya telah meninggal Dewi Anjarwati kemudian diselimuti kesedihan yang amat mendalam, ia juga kemudian teringat dengan larangan orang tuanya yang tak ia indahkan. Semenjak kematian suaminya ini Dewi Anjarwati tak pernah menikah lagi dan memutuskan untuk menjadi Rondo (Janda) seumur hidupnya. Karena itu Air Terjun yang pernah ia gunakan sebagai tempat bersembunyi, kini di kenal dengan sebutan Air Terjun Coban Rondo. Air Terjun ini sampai sekarang masih ada dan terletak di daerah Batu, Malang, Jawa Timur.
Bandung Bondowoso dan Roro Jongrang
Sedikit berbeda dengan kisah cinta lain dalam daftar ini yang merupakan kisah cinta antar dua sejoli yang saling mencintai. Legenda cinta antara Bandung Bondowoso dan Roro jongrang merupakan kisah cinta bertepuk sebelah tangan yang berakhir dengan tragis. Kisah ini juga merupakan legenda terbentuknya Candi Prambanan yang masih kokoh berdiri hingga saat ini.
Menurut kisah yang ada Roro Jongrang konon merupakan seorang putri dari Raja Boko yang terkenal amat cantik dan juga anggun. Kecantikan Roro Jongrang ini bahkan terkenal hingga seantero tanah Jawa dan membuat banyak pria jatuh hati padanya. Salah satu pria itu adalah Bandung Bondowoso seorang ksatria sakti asal Pengging. Dengan niat untuk mendapatkan pujaan hatinya, Bandung Bondowoso kemudian datang ke Kerajaan Boko untuk meminta izin pada Raja Boko, guna dapat menikahi pujaan hatinya. Raja Boko yang sudah mendengar tentang kesaktian Bandung Bondowoso tak kuasa menolak permintaan ini karena takut akan menyinggung perasaan Bandung Bondowoso yang bisa berakibat fatal untuk kerajaanya. Raja Boko kemudian mengiayakan permintaan ini namun dengan sebuah syarat yaitu Bandung Bondowoso harus mengutarakan maksudnya tersebut secara langsung pada Roro Jongrang.
Roro Jongrang yang tak menyukai Bandung Bondowoso, tapi tahu dengan kondisi suli yang dihadapi orang tuanya kemudian mulai mengatur rencana agara dapat menolak lamaran Bandung Bondowoso secara halus. Roro Jongrang kemudian mendapat ide untuk memberikan syarat mahaberat bagi Bandung Bondowoso untuk menikahinya. Syarat tersebut adalah dengan meminta dibuatkan 1000 candi dalam sehari, sebagai bukti cinta Bandung Bondowoso padanya. Tak disangka syarat ini disanggupi oleh Bandung Bondowoso dengan nada percaya diri.
Bandung Bondowoso kemudian bersemedi untuk memanggil bala bantuan dari pasukan gaib yang ia miliki. Dengan bantuan pasukan gaib ini pembangunan 1000 candi itu berlangsung dengan sangat lancar dan akan selesai sebelum tengggat waktu yang dijanjikan. Melihat hal ini Roro Jongrang yang panik kemudian mengumpulkan seluruh abdi dalem Istana dan meminta mereka untuk mengumpulkan seluruh jerami dan ayam yang ada di istana. Jerami itu kemudian di kumpulkan menjadi tumpukan besar sebelum akhirnya di bakar. Api dari hasil pembakaran jerami ini terlihat seperti matahari pagi yang membuat ayam-ayam mulai berkokok. Melihat matahari telah muncul dan mendengar kokokan ayam, para prajurit gaib yang membantu Bandung Bondowoso pun kocar-kacir meninggalkan wilayah tersebut karena takut dengan sinar matahari. Karena para prajurit gaibnya pergi, pembangunan candi 1000 canti yang tinggal menyisakan satu saja tersebut akhirnya gagal.
Namun Bandung Bondowoso bukanlah orang bodoh dan menyadari ada yang tak beres. Dia kemudian memeriksa ke arah datangnya cahaya tersebut dan menemukan jika itu hanyalah akal-akalan Roro Jongrang saja untuk mengagalkan pembangunan 1000 candi yang ia minta. Mendapati kecurangan ini Bandung Bondowoso yang sangat marah kemudian mengutuk Roro Jongrang menjadi batu dan menempatkanya dalam salah satu candi yang baru dibangun. Patung Batu atau biasa juga disebut Arca inilah yang kini dipercaya masih ada di kompleks candi prambanan sekaligus menjadi, monumen dari kisah cinta bertepuk sebelah tangan yang berakhir dengan tragis.
Mak Lampir dan Datuk Panglima Kumbang
Sosok Mak Lampir mungkin lebih dikenal banyak orang sebagai, seorang nenek menyeramkan yang sakti mandraguna dan kejam. Tapi menurut legenda yang ada, sosok Mak Lampir yang kita kenal saat ini dulunya merupakan seorang putri cantik dari kerajaan kuno Champa (Chiem Thanh). Kerajaan ini konon dulunya merupakan sebuah kerajaan asal Vietnam yang wilayah kekuasaanya hingga mencakup daratan Sumatra. Menurut kisah yang ada, Mak Lampir yang konon dulunya merupakan putri cantik ini, jatuh hati pada seorang panglima pasukan harimau bernama Datuk Panglima Kumbang. Namun sayangnya kedua orang tua Mak Lampir tak menyetujui cinta keduanya, hingga Mak Lampir akhirnya memutuskan untuk kabur dari kerajaan Champa.
Dalam pelarianya ini Mak Lampir kemudian bersembunyi dalam sebuah gua yang terletak di Gunung Marapi untuk menghindari pasukan kerajaan yang mencarinya. Di gua inilah ia kemudian bertemu raja dari makhluk gaib yang kemudian mengajarinya berbagai ilmu mistis sampai akhirnya Mak Lampir jadi sakti mandraguna. Setelah merasa sakti, Mak Lampir kemudian berani keluar dari gua untuk mencari kekasih hatinya Datuk Panglima Kumbang.
Sayangnya saat akhirnya bisa menemukan Datuk Panglima Kumbang, pria yang ia cintai itu justru telah mati akibat kalah dalam sebuah pertempuran hebat. Mendapati kenyataan ini, Mak Lampir yang putus asa kemudian dengan semua kekuatanya berusaha untuk menghidupkan kembali Datuk Panglima Kumbang. Usaha Mak Lampir ini kemudian berhasil, namun dengan konsekuesni yang sangat besar. Sebagai timbal balik untuk menghidupkan Datuk Panglima Kumbang kembali, Mak Lampir harus menangguk kutukan untuk hidup abadi sebagai pemuja setan yang memiliki wajah buruk rupa.
Mak Lampir menerima konsekuensi berat ini, karena mengira Datuk Panglima Kumbang akan tetap menyadari cintanya meski ia kini memiliki wajah yang buruk rupa. Tapi sayangnya anggapan ini salah, karena Datuk Panglima Kumbang justru merasa marah dan takut dengan kekuatan Mak Lampir yang bisa menghidupkan kembali orang yang telah mati. Datuk Panglima Kumbang kemudian bahkan menganggap Mak Lampir sebagai makhluk mengerikan yang berbahaya bagi manusia.
Sejak saat itu Datuk Panglima Kumbang bahkan terus memburu Mak Lampir dan berniat untuk menghabisinya. Kedua orang yang dulunya saling mencintai ini konon bahkan masih berperang hingga saat ini dengan melibatkan pasukan makhluk halus yang mereka kuasai. (Red/anehdidunia.com)
Referensi:
http:/cewekbanget.grid.id/News-And-Entertainment/Enggak-Cuma-Romeo-Juliet-Indonesia-Juga-Punya-Kisah-Cinta-Legendaris-Yang-Berakhir-Tragis
http://.boombastis.com/kisah-mak-lampir/86575
Jabar News | Berita Jawa Barat