JABAR NEWS | BANDUNG – Keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan adalah hal yang berkaitan. Selain itu, hal tersebut menjadi kunci yang sangat penting dalam mewujudkan kehidupan masyarakat perkotaan yang bahagia, sehingga Kota Bandung terus konsisten melakukan project indeks kebahagiaan.
“Saya meyakini sebuah teori masyarakat maju adalah masyarakat yang bahagia bukan masyarakat yang kaya raya,” jelas Emil saat menjadi narasumber pada Rapat Kerja Pengendalian Pembangunan Daerah DIY Triwulan II/2017,Jum’at di Hotel Inna Garuda, Borobudur Hall Yogyakarta, Jumat (21/07/2017).
Emil yang pada saat itu memenuhi undangan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menuturkan, kebahagiaan menurut orang Bandung berasal dari dua sumber. Satu berkeluarga yang harmonis dan Kedua rajin bersilaturahmi antar warga.
Untuk itu dirinya menginisiasi program untuk mendorong dua sumber kebahagiaan tersebut dengan mewajibkan kepada seluruh camat dan lurah untuk bersilaturahmi mendengarkan aspirasi warga di masjid-masjid berbeda setiap minggu melalui shalat Jumat berjamaah.
“Kami medorong kepada seluruh camat dan lurah di kota Bandung untuk shalat jumat berjamaah, mendatangi warga-warga miskin membawa bantuan, membuka seluas luasnya ruang ruang silaturahmi,” ujarnya.
Emil juga menggagas inovasi pelayanan kesehatan, seperti program Layad Rawat, yang akan mendongkrak indeks kebahagiaan warga Bandung. Program tersebut mengubah pola pelayanan, di mana dokter yang akan menjenguk warga dan merawat yang sakit.
“Melalui pola-pola pelayanan jemput bola seperti itu warga bisa lebih memberi kepercayaan kepada pemerintah,” ucapnya.
Seperti diketahui, hasil survei publik oleh INSTRAT bulan April tahun 2017 menunjukan 80,2% merasa bahagia menjadi warga Kota Bandung dan 88,8% bahagia menjadi warga Kota Bandung.
“Hal itulah yang saya lakukan. Bagaimana Kota Bandung mengedepankan pembangunan humanis yang seimbang, pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan sisi sosial serta lingkungan,” terang Emil kepada Bupati/Walikota se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
Orang nomor satu di Bandung itu bersama Rektor Universitas Gajah Mada, Panut Mulyono mengisi diskusi interaktif. Adapun tema yang diangkat “Knowledge Sharing Pembangunan Infrastruktur Perkotaan yang Humanis dan Berkelanjutan.
Salah satu teknologi yang dipaparkan Emil adalah aplikasi pemantau kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN), yakni e-Remunerasi Kinerja. Dengan aplikasi tersebut, kinerja para ASN bisa terukur dan mendapatkan penghargaan sesuai dengan takaran kinerjanya.
Lebih jauh, Emil berprinsip bahwa pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya harus dilakukan di satu kota saja, melainkan juga harus dilakukan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu ia tak segan-segan menghibahkan aplikasi smart city-nya kepada Kemerintah Kota/Kabupaten lain di Indonesia.
“Prinsip saya, kurangi kompetisi, perbanyak kolaborasi, karena kita NKRI,” pungkas Ridwan. (Nur)
Jabar News | Berita Jawa Barat