JABAR NEWS | BANDUNG – Melihat perkembangan batik saat ini masyarakat dan para pengrajin batik tulis sudah tidak mengindari keberadaan batik printing yang kian beredar di masyarakat.
“Hari ini kita tidak bisa menghindar, ada pelaku-pelaku usaha yang kemudian ingin menjawab kebutuhan masyarakat dengan jumlah besar, dalam partai besar yang kemudian harus dengan motif yang sama, sehingga pendekatannya mereka menggunakan printing,” ujar Ketua Dekranasda Jabar, Netty saat diwawancara, Senin (02/10/2017).
Netty mengatakan idealnya yang dinamakan batik itu merupakan kain batik yang melalui proses pewarnaan canting proses pencucian dan sebagainya sedangkan untuk batik printing tidak ada proses pewarnaan manual karena sepenuhnya memakan mesin.
“Sebetulnya kita inginnya idealis bahwa yang namanya membatik itu ada proses canting ya dan pelabelan (cap) itu kita menggunakan lilin, malam dan sebagainya, kemudian kita menembok (menutup) area yang tidak ingin diwarnai dan sebagainya, ada proses pencucian dan sebagainya,” ucapnya.
“Bahkan kemarin juga dalam kreanusa meskipun namanya pameran kreanusa masih adalah satu dua kebocoran, kecolongan, istilahnya orang memasukan motif-motif batik yang dibuat dengan cara printing. Kalau idealisnya tadi, batik tulis ya,” tambahnya.
Untuk meredam perkembangan batik printing tersebut maka diperlukan idealisme sehingga pengguna batik tulis masih terus ada sehingga diharapkan kemudahan teknologi pembuatan kain tidak mematikan usaha pengrajin batik tulis.
“Nah yang paling mungkin kita lakukan adalah kita membangun idealisme sehingga pengguna batik tulis dan cap ini masih ada, jangan sampai dengan berbagai teknologi kemudahan pembuatan kain dengan sistem printing itu semua orang beralih. Nah itu yang harus kita sadarkan kepada masyarakat, sehingga batik tulis dan cap masih jadi pilihan,”terangnya. (Nur)
Jabar News | Berita Jawa Barat