JABARNEWS | BANDUNG – High Level Meeting (HLM) Forum West Java Incorporated (WJI) 2018, digelar di Ruang Rapat Sanggabuana, Gedung Sate Bandung, Selasa (13/02/2018).
HLM kali ini mengusung tema “Peluang dan Tantangan Investasi di Jawa Barat”. Pun pertemuan ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan Forum WJI 2017 dan progres penanaman modal di Jawa Barat, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), sebagai Dewan Pembina Pembina WJI menuturkan, peningkatan investasi di suatu daerah, erat kaitannya dengan dukungan promosi investasi yang dilakukan Pemerintah. Hal ini menjadi penting demi menjaga persepsi positif investor.
“Di Jawa Barat, investasi tidak ada hambatan yang berarti, yang harus dilakukan oleh para pihak khususnya Pemerintah adalah memasarkannya kepada investor,” kata Aher.
Terlebih, sambung Aher, Pemerintah harus gencar promosi khususnya untuk investasi proyek-proyek yang terkait dengan publik. Seperti proyek jalan tol, atau apapun investasi publik lainnya.
Selanjutnya Aher pun minta para Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( Dinas PMPTSP) se- Jawa Barat, untuk aktif memberikan informasi kepada pihak-pihak regulator, termasuk Pemerintah Daerah, terkait peluang investasi yang berpotensi.
“Sehingga, ketika diperlukan biaya awal untuk suatu proyek yang ditawarkan kepada investor yang layak investasi misalnya, perlu FS (Feasibility Study) diantaranya, pembiayaan tersebut bisa dari APBD masing-masing,” katanya.
Selain itu, Aher juga sempat menyinggung pentingnya penguasaan teknologi. Ia menyebut, sumber daya alam di suatu daerah, akan bernilai tinggi, bila diolah oleh sumber daya manusia dengan penguasaan teknologi yang baik.
“Bahan dasar investasi, yang hebat itu bukan cuma punya sumber daya alam, yang hebat itu memiliki sumber daya manusia, serta teknologi untuk mengolah sumber daya tersebut,” katanya.
“Sumber daya alam sebanyak apapun, tentu harus diolah menggunakan teknologi mutakhir, tanpa itu, kita tidak bisa manjajakan yang kita punya,” tambah Aher.
Siapapun di dunia, kata Aher, negara yang memiliki sumber daya manusia yang memiliki penguasaan teknologi yang baik, dialah yang akan mengekspor, tampil menjadi pemenang kelompok masyarakat yang mendapat manfaat dari sumber daya alam.
Karenanya, Aher menekankan pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi satu di antara faktor penting perekonomian.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Wiwiek Sisto Widayat, memaparkan kondisi perekonomian Jawa Barat terkini. Ia menyebut Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat dari 5,20% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 5,32% (yoy) pada triwulan IV 2017. LPE Jawa Barat pada triwulan IV 2017 ini kembali mengungguli Nasional yang tumbuh 5,19%.
“Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV dibanding triwulan sebelumnya terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan berlangsungnya momen libur akhir tahun serta investasi khususnya yang bersifat bangunan seiring dengan percepatan penyelesaian proyek-proyek infrastruktur serta finalisasi sejumlah venue Asian Games di Jawa Barat,” kata Wiwiek.
Sementara dari sisi lapangan usaha, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV didorong terutama oleh industri pengolahan, konstruksi, serta transportasi & pergudangan sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan pembangunan menjelang akhir tahun dan momen liburan.
Untuk keseluruhan tahun 2017, LPE Jawa Barat tercatat sebesar 5,29% (yoy), melambat dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,66%. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh base effect di mana pada tahun 2016, pertumbuhan Jawa Barat meningkat cukup tinggi seiring dengan diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-19 dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) ke-15.
Sementara dari sisi inflasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 0,83% (mtm) atau 3,69% (yoy) pada bulan Januari 2018. Tekanan inflasi bulanan Jawa Barat terutama disumbang oleh kelompok volatile food yang memberi andil sebesar 0,58%, disusul oleh kelompok core dengan andil sebesar 0,25%, dan kelompok administered prices sebesar 0,004%.
“Tekanan inflasi dari kelompok volatile food terutama didorong oleh harga beras yang dipengaruhi oleh rendahnya pasokan beras di tengah berlangsungnya musim tanam,” Ujarnya.
Akan tetapi, kata Wiwiek, harga beras ini sudah bergerak turun pada akhir bulan karena adanya kebijakan impor. Adapun beberapa komoditas yang memberikan sumbangan inflasi bulanan terbesar dari kelompok VF selain beras adalah daging ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah.
Semantara pada kelompok core, kenaikan tekanan inflasi terjadi pada beberapa komoditas di kelompok food related seperti ayam goreng, mie, dan nasi dengan lauk. Hal ini ditengarai sebagai dampak lanjutan dari meningkatnya harga bahan makanan di kelompok volatile food.
Untuk keseluruhan tahun 2018, Wiwiek meramalkan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan meningkat, yaitu pada kisaran 5,2% – 5,6% (yoy). Meningkatnya LPE Jawa Barat di tahun 2018 terutama ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat.
Beberapa event dimaksud meliputi; Pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pilkada di 16 Kab/Kota di Jawa Barat pada bulan Juni 2018 dan, Pelaksanaan Asian Games 2018 pada bulan Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi pelaksanaan pertandingan 6 (enam) cabang olahraga.
“Sedangkan inflasi Jawa Barat pada tahun 2018 diperkirakan stabil dan terjaga dalam batas target inflasi 2018 yaitu 3,5±1%. Proyeksi inflasi tersebut terutama didukung dengan kuatnya sinergi dan koordinasi kebijakan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah,” Katanya. (wan)
Jabarnews | Berita Jawa Barat