Percepatan Pembangunan Masjid Al Jabbar, Akses Tol Padaleunyi KM 149 Diusulkan Dibuka

JABARNEWS | BANDUNG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat melakukan percepatan pembangunan Masjid Provinsi Jawa Barat Al Jabbar di Gedebage, Kota Bandung, dengan cara mengajukan pembukaan akses Tol Padaleunyi KM 149 untuk mempercepat distribusi peralatan dan material bangunan.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi hambatan pembangunan masjid terbesar kedua setelah Masjid Istiqlal di Jakarta ini. Dari rencana awal penyelesaian pembangunan Masjid Al Jabbar sebesar 6,344 persen pada 25 Februari 2018, baru terealisasi 1,541 persen. Keterlambatan ini disebabkan hambatan berupa cuaca. Hujan besar yang sering turun sejak akhir 2017 menghambat proses pengerukan dan pemasangan tiang pancang, berakibat pada defiasi proses pembangunan sebesar 4,803 persen.

Pada kunjungan ke lokasi proyek pembangunan Masjid Al Jabbar, Selasa (27/2/18), Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa, mengatakan percepatan proses pembangunan salah satunya adalah dengan pembukaan akses Tol Padaleunyi KM 149, yang sebelumnya dibuka dan digunakan untuk proses pembangunan Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).

“Nanti akses KM 149 dibuka, Ini dalam proses pengusulan ke Jasa Marga dan insyaallah Jasa Marga akan merespons dengan baik dalam waktu yang relatif singkat,” katanya.

“Diharapkan pengerukan dan pemasangan tiang pancang yang dibangun di 1.800 titik ini selesai dalam dua bulan, dan sudah ada langkah signifikan untuk lakukan percepatan pembangunan,” tambahnya.

Baca Juga:  Jelang Duel Dua Tim Teratas Liga 1, Kapten Persib Bilang Begini

Pengerukan untuk membangun danau retensi, kata Iwa, dilakukan dengan cara memindahkan tanah atau disposal dari lokasi pembanguan masjid ke atas lahan yang telah disetujui pemiliknya sebagai lokasi pembuangan tanah.

Pengangkutan menggunakan truk hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit ke lokasi pembuangan karena letaknya berdekatan dengan lokasi pembangunan. Ini oun meminimalisasi gangguan lalu lintas akibat aktivitas pengangkutan tanah ini.

Setiap ban truk pengangkut tanah yang keluar proyek pembangunan dicuci terlebih dulu sehingga meminimalisasi ceceran tanah ke jalan umum. Sedangkan, bagian atas truk ditutup terpal supaya tanah yang diangkut tidak berjatuhan ke jalan. Disiagakan juga pekerja untuk membersihkan jalan dari ceceran tanah.

“Masjid ini didirikan di atas danau seluas 10 hektare. Ini kami bangun danau supaya kalau hujan, di Gedebage ini tidak banjir, dan kemarau tidak kekeringan, sehingga ada suplai air baku. Masyarakat sudah merespons ini dengan baik, sungguh di luar dugaan,” katanya.

Setelah pengerukan untuk danau retensi dan pemasangan tiang pancang selesai, barulah pengerjaan konstruksi bangunan masjid dikerjakan di atasnya. Pembangunan dikerjakan 354 hari sejak dikerjakan 21 Desember 2017 melalui pemasangan tiang pancang pertama oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.

Baca Juga:  Dalam Dua Hari, Tiga Ular Sanca Kembang Ukuran Besar Berhasil Dievakuasi DPKPB Purwakarta

Iwa mengatakan mengucapkan terima kasih kepada Muspika Gedebage dan masyarakat Gedebage yang telah memperlancar proses pembangunan masjid ini.

Masjid ini bergaya arsitektur moderen dan sarat dengan nilai-nilai Asmaul Husna. Masjid yang disebut-sebut sebagai salah satu masjid termegah di Indonesia ini akan memiliki museum sejarah Nabi Muhammad SAW dan museum Tiga Masjid Suci, termasuk Masjidil Aqsa.

Masjid dengan struktur atap bertumpuk simetris berwarna putih dengan jendela berwarna-warni menutup sebagian besar dindingnya ini berdiri seperti mengambang di atas danau. Struktur masjid ini menggunakan bentang baja dan jendela atap berwarna.

Al Jabbar memiliki plaza di bagian depannya dan dikelilingi oleh empat menara berdesain moderen. Keempat menaranya pun tampak muncul dari dasar danau yang dikeliling taman dan pepohonan. Lokasinya terletak di Jalan Cimincrang Gedebage yang menjadi pusat pengembangan Ibukota Jawa Barat tersebut.

Rencananya masjid ini akan didirikan di lahan seluas 25,98 hektare, sebagian besar adalah danau retensi dan lahan terbuka hijau. Danau retensi ini akan berfungsi sebagai embung untuk mengendalikan banjir di Gedebage dan sekitarnya yang biasanya disebabkan oleh luapan anak-anak sungai Citarum.

Masjid yang diprakarsai oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan ini berkapasitas 33 ribu orang, terdiri atas lantai dasar, lantai pertama, dan lantai mezzanine atau balkon. Semua lantai bagian utama masjid ini memiliki luas 21.793 meter persegi. Semua bangunan masjid ini didirikan di atas struktur fondasi tiang pancang di atas danau retensi.

Baca Juga:  Optimalkan Fungsi TPA, Pemkot Bandung Berencana Terapkan Teknologi Pyrolysis

Selain aula utama masjid, dibangun juga selasar penghubung atau koridor yang menelilingi selasar terbuka depan masjid, juga kolam, dan plaza masjid dengan total luas 17.429 meter persegi. Dari total lahan yang dibutuhkan, 22.100 meter persegi sudah dibebaskan, sedangkan 3,88 hektare sisanya dibebaskan 2018.

Pembangunan dilakukan oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk, dengan nilai kontrak sekitar Rp 511 miliar. Masjid dibangun dengan struktur utama beton, rangka atap dengan struktur baja bentang panjang 99 meter, dengan penutup atap kaca dan alumunium solid panel dengan ketinggian 58 meter. Tiga menara berketinggian 33 meter, dan satu menara lagi 99 meter.

Bangunan masjid berupa atap dan jendela bertumpuk mirip dengan penggunaan atap pada masjid-masjid tradisional di Jawa Barat. Sedangkan tinggi menara 33 meter adalah jumlah bacaan wirid atau tasbih, sedangkan panjang 99 meter pada menara utama dan bentang atap baja mencerminkan 99 nama Asmaul Husna. (Wan)

Jabarnews | Berita Jawa Barat