Harga Telur Ayam Meroket, Masyarakat Resah

JABARNEWS I MAJALENGKA – Tingginya harga telor ayam yang mencapai Rp. 30 ribu per-satu kilogram, membuat kalangan ibu rumah tangga (IRT) kalangkabut. Pasalnya, mayoritas kalangan IRT selalu menyertakan menu andalan telor dalam masakannya. Bahkan, ada beberapa kasus yang anaknya hanya mau makan jika ada telor dadar untuk teman nasinya.

Kondisi ini tentu saja banyak dikeluhkan kalangan ibu rumah tangga, terlebih bagi mereka yang biasa berjualan dengan bahan dasar telor, seperti martabak, kue, nasi goreng, somay serta panganan lain yang tak pernah lepas dari bahan baku telor.

Baca Juga:  Honorer K2 Ogah Digiring Jadi Calon PPPK

Salah seorang IRT, Ratna (30) mengatakan pihaknya tidak tahu lagi bagaimana cara mengatur keuangan. Masalahnya anaknya yang berusia anak TK selalu makan dengan telor ayam yang digoreng bersama sedikit irisan bawang goreng. Dalam seminggu ia biasa menghabiskan telor ayam hingga 3 kilogram‎.

Baca Juga:  Wali Kota Bandung Luncurkan Bansos Rp500 Ribu Berupa Kode QR dari BJB

“Namun sekarang mulai dikurangi, sebab harganya terus naik. Tadinya di kisaran Rp. 20-an‎, tapi sekarang 30. Pusing saya bagaimana mengatur keuangan dapur. Sementara soal urusan dapur, suami tidak tahu menahu,” ungkapnya kepada Jabarnews, Sabtu(14/7).

Hal senada diungkapkan penjual somay dan nasi goreng di wilayah Majalengka, Marta mengatakan pihaknya juga kebingungan bagaimana menakar harga jualnya. Sementara jika harga nasi gorengnya ia naikkan seribu rupiah saja, konsumen atau pelanggan pastinya akan protes. Sehinga ia pun menunggu keputusan dan kesepakatan sesama pedagang lain.

Baca Juga:  Sikapi Keluhan Guru Honorer, DPRD Bandung Barat Surati Jokowi

“Kalau ke pembeli baru, bisa kita akali, menaikkan harganya, dan rata-rata memahami. Tetapi kalau pelanggan tetap. Ya harga tetap harga yang dulu. Daripada kehilangan pelangan. Tapi bingung juga kalau harga telor atau kebutuhan lain pada naik,” ungkapnya. ( Rik)

Jabarnews | Berita Jawa Barat