JABARNEWS | PURWAKARTA – Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi memiliki kesan khusus tentang Film ‘Si Doel The Movie’. Menurut dia film besutan Rano Karno tersebut menjadi cermin realitas kebudayaan. Sehingga, benefit usai menyaksikan film tersebut dapat diraih para penonton.
Hal itu terungkap usai mantan Bupati Purwakarta tersebut menonton film itu. Tepatnya di Resinda Park, Kabupaten Karawang, Senin (6/8/2018). Dedi Mulyadi hadir ditemani sang istri, Anne Ratna Mustika beserta kedua anaknya, Maula Akbar dan Yudhistira.
“Film ini original dan menjadi cermin realitas kebudayaan. Masyarakat kita ini original juga, lihat saja Bang Mandra. Sosoknya apa adanya, lucu dan memiliki integritas yang kuat,” katanya.
Dedi menegaskan, seharusnya dunia perfilman Indonesia juga menyajikan nilai moral dan fokus pada originalitas. Hal ini penting mengingat orientasi produk budaya sebenarnya harus diarahkan pada proses edukasi.
“Karya budaya itu harus berorientasi pada nilai, ada pendidikan untuk rakyat di sana. Jadi, tidak semata profit yang menjadi tujuan. Boleh kita mengejar nilai ekonomi, tetapi aspek budaya dan edukasi harus tetap berada di depan,” ujarnya.
Si Doel The Movie/Net
Menurut Dedi, dirinya tidak pernah melewatkan tayangan ‘Si Doel Anak Sekolahan’ saat muncul di televisi. Bahkan, saat hari ini ditayangkan kembali, hampir setiap hari dia menonton sinetron tersebut. Kata dia, sinetron itu menjelaskan tentang potret pinggiran daerah urban.
“Saya kan pemirsa sinetron ‘Si Doel Anak Sekolahan”. Hampir setiap hari saya nonton. Kebetulan Bung Rano Karno mengangkatnya menjadi film. Jadi, sekalian saja bawa keluarga buat nonton filmnya,” tuturnya.
Penghujung alur cerita ‘Si Doel The Movie’ sedikit membuat Budayawan Sunda itu kecewa. Kata dia. Seharusnya Doel mencari Sarah yang pergi ke Belanda selama 15 tahun.
“Bagian ending saja yang membuat sedikit kecewa. Tetapi, terlepas dari itu semua, film ini sangat bagus,” katanya mengapresiasi.
Rencana Membuat Film
Sebagai pelaku seni, Dedi Mulyadi ternyata menyimpan asa terpendam. Dia ingin mengangkat tema kesundaan dan local genius ke dalam sebuah film.
“Inginnya sih begitu, ada film yang bercerita tentang local genius orang Jawa Barat. Kita tentu menginginkan agar masyarakat kita tidak tercerabut dari akar budayanya. Karena itu merupakan identitas keindonesiaan kita,” katanya.
Melalui film tersebut, maesenas kebudayaan itu mengaku dapat melakukan soft-campaign budaya nusantara. Cara ini dia yakini dapat menjadi media pengenalan budaya untuk masyarakat luas.
“Selain kekuatan bangsa, kebudayaan juga menjadi kekuatan ekonomi. Bangsa kita ini tetap berdiri tegak karena banyak sekali local genius di setiap penjurunya. Jadi, phobia terhadap budaya sebenarnya bukan sikap kekinian,” tuturnya. [jar]
JABARNEWS | BERITA JAWA BARAT