JABARNEWS | JAKARTA – Pendistribusian obat-obatan ke daerah terpencil rencananya akan menggunakan kendaraan udara kecil berbentuk pesawat terbang, seperti drone.
Teknologi yang sebelumnya biasa digunakan untuk pengambilan foto tersebut dioperasikan tanpa awak atau pilot secara langsung, melainkan melalui remote control.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan, gagasan baru itu merupakan rekomendasi Bank Dunia agar pengiriman obat-obatan ke daerah terpencil bisa lebih cepat dari saat ini. Selain biayanya lebih murah, itu juga untuk membantu masalah angkut untuk kesehatan.
“Pemerintah akan menggunakan jasa sewa drone dari perusahaan asal Amerika Serikat. Namun, sejauh ini pemerintah belum memiliki hitungan pasti terkait efisiensi biaya pengiriman obat menggunakan drone,” kata Luhut, dikutip CNN Indonesia, Rabu (15/8/2018).
Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, mengatakan, uji coba pengiriman obat dengan teknologi drone akan dilakukan pada pekan depan ke sejumlah pulau, misalnya Kepulauan Riau, Madura, Maluku, dan Papua.
Dikatakannya, sebelum program itu dilaksanakan, akan dihitung dulu teknisnya dan detilnya.
“Ssaya harus memberikan data puskesmas lingkaran, karena kan perlu lingkarannya atau besar diameter yang bisa dikirim. Berat obat-obatan yang diangkut maksimal hanya 2,2 kilogram (kg) dengan jarak sekitar 75 kilometer,” ujarnya.
Nila menambahkan, untuk jenis obatnya sendiri, berbagai obat pereda sakit kepala hingga sakit perut bisa dikirimkan melalui drone. Tak hanya itu, pengiriman darah untuk keperluan darurat juga bisa menggunakan drone.
“Pengiriman vaksin juga bisa menggunakan drone. Kami coba dulu karena kalau jatuh bahaya ada virusnya kan,” ujarnya. (Des)
Jabarnews | Berita Jawa Barat