JABARNEWS | MAJALENGKA – Selama puluhan tahun, masyarakat di dua kecamatan paling ujung Majalengka bagian utara, yakni Kecamatan Ligung dan Jatitujuh, selalu menggunakan perahu derek.
Warga di dua kecamatan ini, terutama untuk warga Desa Ampel, Wanasalam (Ligung) dan Pangkalanpari (Jatitujuh) merasa terbantu, karena jika memutar ke Bendung Rentang, jalurnya harus memutar dan harus menempuh waktu kurang lebih setengah jam.
Sementara jika melintas melalui jembatan perahu derek ini, dari wilayah Ligung ke Pangkalanpari hanya cukup memakan waktu kurang dari sepuluh menit.
Salah seorang warga Pangkalanpari, Ramidi (39), mengatakan, selama puluhan tahun, dirinya selalu menggunakan perahu derek untuk mempercepat jarak dan memperpendek waktu tempuh. Dia berharap, ke depan, pemerintah membuatkan jembatan permanen untuk memperlancar arus transportasi dan ekonomi.
“Apalagi saat ini Majalengka tengah giat membangun. Saya selalu lewat perahu derek ini. Impian warga di sini, Pangkalanpari, dan Jatitujuh, ke depan ada jembatan permanen, sehingga tidak perlu lagi ada perahu derek,” ungkapnya, Senin (20/8).
Ramidi menambahkan, dia lebih sering menggunakan jasa perahu derek dan hanya sewaktu-waktu saja menggunakan jalur Bendung Rentang yakni ketika puncak musim hujan. Pasalnya, jika lewat perahu derek, air sungai yang mengalir sangat deras.
“Sementara jika musim kemarau, air sungainya surut, sehingga warga hampir semuanya lewat perahu derek ini.” ungkapnya.
Sementara itu, siapapun yang mau lewat melalui perahu derek ini, harus mengeluarkan uang alakadarnya. Karena untuk membantu menyeberangkan orang berikut motor, dibantu oleh si penarik tambang perahu. (Rik)
Jabarnews | Berita Jawa Barat