JABARNEWS | PURWAKARTA – Sudah jatuh tertimpa tangga, peribahasa tersebut boleh jadi menggambarkan kondisi yang dialami Rohimin (53) saat ini. Betapa tidak, pria yang kesehariannya berprofesi sebagai sopir angkot 06 ini, terpaksa harus berhenti bekerja karena terserang stroke ringan yang menyebabkan kakinya lumpuh.
SUATU hari medio 1986, Rohimin muda baru saja menyelesaikan masa sekolahnya di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Tak mau lama menganggur, Rohimin tak mau pilih-pilih pekerjaan. Dirinya pun menerima tawaran menjadi seorang sopir di sebuah perusahaan finance. Namun sayang, karena sifatnya outsourcing, kontrak Rohimin pun habis.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Rohimin rela bekerja sebagai sopir angkot dengan trayek 06. Pekerjaan tersebut digelutinya hingga berkeluarga, memiliki seorang istri dan dikaruniai tiga orang anak.
Namun sayang, tiga tahun lalu rumah tangga Rohimin hancur, karena faktor ekonomi menjadi penyebab utamanya. Dirinya pun harus merelakan ketiga anaknya ikut bersama ibunya. Sejak itu pula Rohimin hidup seorang diri di sebuah kontrakan di Jalan Veteran, Gang Flamboyan, Purwakarta.
Nasib tak berpihak pada Rohimin. Tiga bulan lalu, saat dirinya sedang bekerja, tiba-tiba Rohimin tak bisa mengerakkan kakinya. Pedal gas sangat sulit ditekannya, kakinya mati rasa. Sementara di belakang angkotnya, jeritan klakson mobil terus bersahutan. Warga yang melihat mengira angkot Rohimin mogok dan mendorongnya ke tepi jalan.
Cukup lama diam dan berdoa, Rohimin berangsur-angsur dapat merasakan kakinya kembali. Namun kondisinya kini berbeda, bisa digerakkan namun kakinya tak cukup kuat menopang tubuhnya. Rohimin pun menderita kelumpuhan.
Karena kondisi itu pula Rohimin berhenti narik angkot, sehingga otomatis, dirinya tak memiliki biaya untuk membayar kontrakan. Maka sejak dua bulan terakhir dirinya memilih tidur di trotoar di depan Rumah Sakit Bayu Asih (RSBA). Lokasi itu dipilihnya karena kerap dijadikan tempat para sopir angkot untuk beristirahat, kongkow, atau sekadar ngopi.
Maka, sejak itu pula Rohimin mengandalkan belas kasihan kawan-kawannya sesama sopir angkot. Setiap hari dirinya menerima bantuan berupa makanan dan minuman. Sementara untuk tidur, dirinya memanfaatkan kardus bekas dan sisa pakaiannya.
Hingga akhirnya kondisi Rohimin diketahui salah seorang sahabatnya semasa di SPG dulu, Didi. Itu pun tanpa sengaja, karena Rohimin sebelumnya tak banyak bercerita.
“Saya dengan Rohimin ini kerap bertemu. Namun intensitas menjadi lebih sering bertemu saat hendak menggelar reuni kawan-kawan seangkatan waktu SPG dulu,” kata Didi kepada awak media, Jumat (31/8/2018)
Awalnya Didi tak menyadari kondisi Rohimin yang lumpuh dan tinggal di trotoar. Setahu Didi, Rohimin sering mengobrol dengan kawan-kawannya sambil ngopi dan duduk di sebuah bangku.
Lama kelamaan, dirinya curiga, pasalnya Rohimin kerap menghabiskan waktu di lokasi tersebut hingga larut malam.
“Hingga suatu ketika saya sengaja mengecek kembali kondisi Rohimin, dan benar saja, sahabat saya itu sedang tertidur di atas trotoar,” katanya.
Esoknya, Didi memberanikan diri bertanya langsung kepada Rohimin terkait kondisinya itu.
“Dari situ saya baru mengetahui jika Rohimin sudah dua bulan tidur di atas trotoar dan kondisi kakinya lumpuh. Pun halnya perihal kondisi rumah tangga Rohimin yang kandas. Saya pun segera menghubungi kawan-kawan sesama alumni SPG,” ujarnya.
Salah seorang kawan yang dihubungi Dede adalah Yana yang kini menjabat sebagai Kades Lebakanyar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta.
“Saat mendengar kabar Rohimin, saya langsung mengontak beberapa sahabat,” kata Yana.
Dirinya pun menghubungi Wakil Direktur UPI PGSD yang juga pemilik Yayasan Sumber Daya Insani (Yasri) Dr H Agus Muharam M.Pd.
“Pak Agus ini adalah guru SPG, nah saya dan Rohimin ini adalah anak didik beliau,” kata Yana.
Rabu (29/8/2018), Yana dan beberapa rekan semasa SPG langsung mendatangi Rohimin di trotoar RSBA.
“Kami sangat prihatin melihat kondisi kawan kami. Bantuan pun langsung kami berikan saat itu juga hasil inisiatif dan kepedulian kawan-kawan,” ujarnya.
Kondisi Rohimin pun sempat viral di media sosial dan diketahui khalayak. Hingga Kamis (30/8/2018) pagi, Rohimin dibawa petugas Kecamatan Purwakarta untuk mendapat perawatan di RSBA. Dirinya kini menempati Ruang Teratai. Kawan-kawannya pun berdatangan silih berganti.
“Saya dan kawan-kawan saat ini konsentrasi dulu pada kondisi kesehatan Rohimin. Sesuai diagnosa dokter, Rohimin menderita stroke ringan. Kami juga tengah mengusahakan Rohimin bisa menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Salah seorang kawan siap menanggung preminya setiap bulan,” kata Yana.
Ke depan, Yana juga akan mengusahakan tempat tinggal yang layak bagi Rohimin.
“Paling tidak bisa melindungi Rohimin dari panas dan hujan, jangan seperti sekarang tinggal di trotoar,” ucapnya.
Ditemui terpisah, Dr H Agus Muharam M.Pd mengaku prihatin atas kondisi mantan muridnya itu.
“Saat mendengar kabar Rohimin, terus terang saya merasa prihatin. Saya langsung mengontak beberapa relasi dan mengkoordinir kawan-kawan seangkatan Rohimin. Alhamdulillah hari ini (kemarin, Red) langsung ada tindak lanjutnya,” ujarnya, Jumat (31/8/2018).
Rohimin yang terbaring di Ruang Teratai RSUD Bayu Asih itu masih banyak biaya yang dibutuhkan.
“Alhamdulillah saya bersyukur masih banyak peduli terhadap saya. Terimakasih atas perhatian dan bantuan kawan-kawan,” ucap Rohimin, sambil meneteskan air matanya.
Bagi pembaca dan seluruh dermawan yang peduli atas kondisi Rohimin bisa menyalurkan bantuannya melalui Nomor Rekening Bank Bjb 0004997832100 atas nama Nina Setianingsih. (Gin)
Jabarnews | Berita Jawa Barat