Ribuan Dokter Kuba Hengkang dari Brasil, Ini Alasannya

JABARNEWS | BRASIL – Hubungan antara Brasil dan Kuba tegang gara-gara omongan Presiden Jair Bolsonaro. Kerja sama medis dua negara yang selama ini berjalan lewat program Mais Medicos alias More Doctors berantakan. Sebelum tahun berganti, Brasil akan kehilangan sekitar 20 ribu tenaga medis asal Kuba.

Total ada 211 dokter yang pulang pada gelombang pertama, Jumat (23/11) lalu. Selain dokter umum dan dokter spesialis, Kuba memanggil pulang perawat-perawat yang sudah lama bekerja di Brasil.

Kuba menyambut kepulangan tenaga medis mereka dengan sebuah upacara resmi. Presiden Miguel Diaz-Canel, Menteri Luar Negeri Bruno Rodriguez, dan Menteri Kesehatan Angel Portal sendiri yang menerima kedatangan mereka.

”Kita menanggapi (Bolsonaro) dengan tegas dan berani seperti prinsip revolusi Kuba,” kata Diaz-Canel dalam pidato sambutannya.

Baca Juga:  Update Covid-19 di Kota Bandung: Kasus Positif Masih Tinggi, BOR Turun dan Oksigen Aman

Sejauh ini, Kuba sudah memproses kepulangan 8.332 tenaga medis dari Brasil. Secara bertahap, mereka akan kembali ke tanah air. Kuba menargetkan proses itu rampung pada akhir tahun ini. Pemerintahan Diaz-Canel menyediakan 40 pesawat untuk mengangkut tenaga medis itu dari Brasil.

Kuba sengaja menyewa pesawat untuk memperlancar kepulangan tenaga medisnya. Itu dilakukan karena barang bawaan mereka setelah bertahun-tahun tinggal di Brasil tidak sedikit. Rata-rata mereka mengusung Smart TV 49 inci dan barang-barang elektronik dari Brasil. Sebab, di Kuba, harga barang-barang tersebut selangit.

Oleh Bolsonaro, tenaga medis Kuba itu disebut sebagai budak. Sebab, mereka bekerja keras demi menyenangkan pemerintah. Sebanyak 75 persen gaji mereka masuk ke kas pemerintah sebagai dana misi internasional. Para dokter dan perawat itu hanya mengantongi 25 persen gaji.

Baca Juga:  Aktivasi Ruang Publik, Perpustakaan Cimahi Tingkatkan Kesadaran Literasi Masyarakat

”Saya tidak menganggap diri saya budak,” tegas Aliuska Rodriguez. Dokter 32 tahun itu sudah dua tahun mengabdi di Kota Minas Gerais. Bagi dia, potongan yang ditetapkan pemerintah wajar.

The Guardian melaporkan bahwa gaji dokter Kuba di Brasil sekitar Rp 44,7 juta. Tapi, yang mereka terima hanya sekitar Rp 11,1 juta. Itu hanya 25 persen gaji seluruhnya. Namun, ternyata, gaji itu masih jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan dokter-dokter di Kuba. Karena semua dokter adalah pegawai negeri, gaji mereka tidak sampai USD 100 atau sekitar Rp 1,5 juta.

Baca Juga:  Jalur Maja - Cikijing Padat Merayap

Beberapa dokter Kuba menyatakan bahwa memotong gaji para dokter sebesar itu tidak bisa dibenarkan. Tapi, pemerintah Brasil pun sebenarnya tidak jauh berbeda. Brasil menerapkan pajak yang sangat tinggi bagi rakyatnya.

Kendati demikian, ada beberapa dokter yang memilih bertahan di Brasil. Sekitar 150 dokter menggugat pemerintah Kuba dan WHO karena menyuruh mereka pulang.

Salah seorang di antaranya Richel Collazo. Atas permintaan Wali Kota Chapada Carlos Catto, Collazo diminta bertahan. Sebab, dia sudah digadang-gadang menjadi kepala dinas kesehatan di kota tersebut. (jar)

Jabarnews | Berita Jawa Barat