Sebulan, BPBD Sukabumi Catat Kerugian Akibat Bencana Alam Capai Rp 176 Juta

JABARNEWS | SUKABUMI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat kerugian akibat bencana alama mencapai Rp 176 juta. Data tersebut merupakan peristiwa yang terjadi sepanjang November.

Tingginya intensitas cuaca hujan, menjadi faktor utama bencana di Kabupaten Sukabumi terus meningkat. Bahkan, berdasarkan catatan BPBD yang masuk hingga kini sudah ada 41 laporan bencana.

Koordinator D Pusdalops Penanggulangan Bencana BPBD Daeng Sutisna mengatakan, cuaca yang ekstrem saat ini membuat potensi bencana di Kabupaten Sukabumi. Hingga saat ini, BPBD sudah merinci ada puluhan bencana dengan rincian. Di antaranya, lima kebakaran, 29 longsor, 4 banjir, 2 angin kencang dan 1 gempa bumi.

Baca Juga:  Puluhan ASN Sergai Jalani Rapid Test dan Swab, Ini Hasilnya

“Jika dilihat dari data yang tercatat tersebut bencana yang terjadi didominasi longsor. Sebab, jumlah bencana lainnya tidak terlalu tinggi,” kata Daeng.

Akibat bencana tersebut, lanjut Daeng, kerugian disinyalir mencapai hingga ratusan juta rupiah. Pasalnya, tak sedikit rumah warga yang hancur dan fasilitas lainnya akibat terjangan bencana longsor, kebakaran dan bencana lainnya.

Baca Juga:  Pemkot Bogor Dapat Rp 22 Juta Dari Pelanggar PSBB, Uangnya Untuk Apa?

“Kerugian ditaksir mencapai Rp 176 juta lebih pada November ini,” imbuhnya.

Dalam penanganannya, BPBD melakukan assesment (Penanganan, red) dan pemberian bantuan terhadap para korban. Selain itu, tak hentinya BPBD memberikan himbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaanya pada musim hujan ini.

“Karena yang namanya bencana tidak biaa diprediksi sehingga bisa terjadi kapan saja. Maka dari itu, masyarakat perlu selalu waspada,” imbuhnya.

Baca Juga:  Soal Video Viral Pemakaman Jenazah Covid-19, Kuwu Astana Kecewa Dengan Ini

Dirinya menambahkan, dengan begitu maka akan dapat mengurangi dampak resiko bencana yang kerap terjadi di Kabupaten Sukabumi. Khsusnya di wilayah rawan longsor seperti, wilayah Utara, Palabuhanratu dan wilayah lainnya.

“Apalagi masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai ataupun atas tebing harus lebih waspada,” pungkasnya. (Abh)

Jabarnews | Berita Jawa Barat