JABARNEWS | JAKARTA – Calon wakil presiden Ma’ruf Amin menyayangkan ada orang-orang yang mengaku habib atau ulama tapi berbicara kasar. Hal tersebut ia sampaikan berkaitan dengan kasus pendakwah Muhammad Bahar alias Bahar Bin Smith yang diduga melakukan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Orang-orang seperti ulama itu, tidak boleh, tidak layak ngomong keras. Bicara keras sedikit saja tidak layak,” ujar Ma’ruf Amin kepada Tempo di kediamannya, Jalan Situbondo Nomor 12, Jakarta pada Jumat, 7 Desember 2018.
Bahar Bin Smith menjadi tersangka dalam kasus dugaan penghinaan terhadap Presiden Jokowi. Bahar dilaporkan oleh Calon Legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Muannas Alaidid tertanggal 28 November 2018.
Dalam video berdurasi 60 detik yang dijadikan bukti oleh para pelapor, Bahar menyebut Jokowi sebagai banci. “Pengkhianat bangsa, pengkhianat negara, pengkhianat rakyat kamu Jokowi!” dan “Kamu kalau ketemu Jokowi, kalau ketemu Jokowi, kamu buka celananya itu. Jangan-jangan haid Jokowi itu, kayaknya banci itu.”
Menurut Ma’ruf, sah-sah saja jika ada orang yang tidak suka dengan salah satu pasangan calon presiden atau calon wakil presiden. Namun, siapapun itu, kata dia, harus mengikuti prosedur dan hukum yang berlaku.
“Kalau orang tidak suka (Pak Jokowi), tidak salah. Tapi di republik ini ada mekanismenya, setiap lima tahun ada pemilu yang demokratis,” ujar bekas Rais Aam PBNU ini.
Untuk itu, kata Ma’ruf, orang berhak menentukan pilihan ketika pemilu digelar dan tidak sepatutnya mengeluarkan pernyataan yang menghina pasangan calon tertentu, apalagi menghina seorang kepala negara. “Tugas pendakwah itu menasihati, bukan menyakiti,” ujarnya. [jar]
Jabarnews | Berita Jawa Barat