Maraknya Peristiwa Bunuh Diri, Ini Pesan Ketua MUI Purwakarta

JABARNEWS | PURWAKARTA – Belakang ini peristiwa bunuh diri marak terjadi di Kabupaten Purwakarta. Para korban nekat mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara berharap ajal datang lebih awal. Padahal bunuh diri tidak dibenarkan dengan alasan apapun

Berbagai masalah diduga jadi penyebab orang-orang nekat menghabisi nyawa sendiri. Masalah ekonomi, rumah tangga, hingga asmara membuat mereka menyerah pada masalah.

Seperti yang terjadi pada beberapa pekan lalu. Seorang pria warga Kampung Pasirbondol, Desa Ciramahilir Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, yang mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di kediamanya, pada Minggu (10/11/2019).

Pria berusia 40 tahun itu nekad bunuh diri lantaran mantan istrinya enggan diajak rujuk olehnya.

Tak lama berselang peristiwa bunuh diri terjadi lagi di Kampung Sukajadi, Desa Sukahaji, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, pada Sabtu (23/11/2019).

Seorang pria berusia 32 tahun yang diketahui berinisial KS ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya.

Baca Juga:  Bulan Lalu, Komoditas Ini Jadi Penyumbang Inflasi Kota Cirebon, Apa Saja?

“Bunuh diri bukanlah solusi untuk mengakhiri masalah yang tengah dihadapi. Dalam agama Islam, bunuh diri merupakan tindakan terlarang yang sangat dibenci Allah. Ancaman dosanya pun tidak tanggung-tanggung dan begitu mengerikan,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Purwakarta, KH Jhon Dien, saat ditemui disela-sela kesibukannya, Jumat (29/11/2019)

Menurutnya, orang yang melakukan bunuh diri adalah mereka yang merasa putus asa. Sebab mereka tidak memiliki harapan untuk menjalani hidup ke depan.

“Orang yang bunuh diri itu karena putus asa tak ada harapan ke depan. Nggak punya harapan ini karena nggak punya iman, semua bersandar kepada rasio. Biasanya menganggap dengan kematian selesai masalah,” kata Kyai karismatik itu.

Dalam agama Islam, lanjut dia, bunuh diri dengan alasan apapun adalah haram. Orang yang melakukan perbuatan ini terancam akan mendapatkan dosa yang sangat besar. Sebab hidup dan matinya seseorang itu berada di tangan Allah SWT dan merupakan karunia dan wewenang dari Allah.

Baca Juga:  Selain Pengamanan, Polisi Sosialisasi 3M di Obyek Wisata Cipanas

“Bahkan dalam hadist dijelaskan bahwa pelaku bunuh diri akan kekal mendekam di neraka jahanam,” tegasnya.

Dijelaskan KH Jhon Dien, orang melakukan bunuh diri itu akan mengalami tiga penderitaan, yakni penderitaan di dunia yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tersebut, penderitaan menjelang kematiannya serta penderitaan kekal di akhirat kelak.

Ditegaskan pula bahwa bunuh diri menunjukkan penurunan keimanan karena agama cenderung mengurangi depresi mental dan pedihnya tragedi kehidupan.

“Seberat apa pun kehidupan, seberat apa pun tantangan yang dihadapi, orang tidak boleh putus asa. Di dalam Alquran disebut, ‘jangan engkau semua putus asa dari rahmat Tuhan’,” jelasnya.

Baca Juga:  Geledah DPRD Jabar, KPK Bawa Sejumlah Berkas Dari Ruangan Abdul Rozaq Muslim

Meski menghadapi masalah, semisal kehilangan, KH Jhon Dien menegaskan bahwa rahmat dan nikmat Tuhan jauh lebih banyak daripada apa yang hilang tersebut.

“Maka kemudian diharapkan masih tetap berharap kepada Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujarnya.

Ia menambahkan, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Masalah yang diterima sesorang merupakan ujian yang diberikan Tuhan untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa sesorang.

“Berani hidup, berani hadapi masalah. Yakinlah tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Kewajiban kita hanyalah berusaha dan berupaya. Untuk mencari solusi masalah yang dihadapi, hendaklah ambilah air wudhu untuk memohon petunjuk Allah SWT terus sholat malam, seperti tahajud ataupun sholat hajat. Dan yang terpenting terus menjalin silahturahmi dengan sesama, jangan banyak menyendiri, karna kalau sendiri pasti ditemani setan,” tutupnya. (Gin)