JABARNEWS | BANDUNG – Ketika wabah Covid-19 mulai berjangkit di Indonesia, hand sanitizer pun menghilang dari rak-rak toko, ludes diborong orang. Tidak butuh waktu lama, video tutorial membuat cairan cuci tangan pun marak beredar di media sosial. Di antara tutorial itu diperkenalkanlah sirih sebagai bahan dasar larutan cuci tangan itu.
Daun sirih memang sudah lama dikenal mengandung zat antiseptik dan kini diharapkan khasiatnya bisa mengurangi penularan Covid-19. Ihwal sirih merah, diketahui memiliki nama botani Piper ornatum, tapi ada sebagian yang menyebutnya Piper crocatum. Tumbuhan ini masuk dalam famili Piperaceae.
Reputasi sirih merah telah mendunia. Orang Tiongkok menyebutnya Guan Shang hu Jiao dan di Inggris disebut ornamental pepper (Inggris). Di Indonesia sirih merah ini punya banyak nama lokal, yakni base di Bali, suruh atau sedah di Jawa, seureuh di Jawa Barat, ranub di Aceh. Di wilayah Sumatra lainnya tumbuhan ini juga punya beberapa nama lokal, begitu juga halnya di Sulawesi atau Maluku.
Sirih berasal dari kawasan Sabah Serawak, dan sejak lama tersebar ke wilayah Asia Tenggara, Tiongkok, India, Afrika Timur, bahkan ke pulau-pulau di Pasifik Barat. Famili Piperaceae itu diperkirakan punya variasi sampai 1.000 – 2.000 jenis. Di Pulau Jawa saja ada 23 jenis. Ia bisa beradaptasi di lingkungan pantai hingga tanah pegunungan di atas 3.000 meter.
Sirih tumbuh menjalar. Seperti laiknya keluarga sirih, yang berwarna merah memiliki daun yang berbentuk hati. Dari sisi bentuk tak beda dengan sirih hijau. Perbedaan paling nyata ada pada warna daun dan batangnya. Sirih merah memiliki batang yang berbentuk bulat. Batangnya berwarna hijau keunguan dan tidak memiliki bunga.
Pada sirih merah, warna daun bagian atas hijau bercorak putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati. Daunnya berlendir, pahit, dan beraroma wangi sirih. Batangnya berjalur dan beruas dengan jarak buku 5–10 cm. Di setiap sambungan batang tumbuh bakal akar. Sirih lebih suka tempat yang teduh. Jika terlalu banyak sinar matahari, batangnya cepat mengering.
Sudah sejak lama sirih merah dimanfaatkan untuk obat dan diketahui memiliki kandungan penting seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin-polifenol, steroid, dan neolignan. Pengujian farmakologi telah membuktikan sirih merah berkhasiat antiinflamasi (antiradang), antimikroba, antifungi (antijamur), analgesik (obat demam), antiproliferasi, bahkan antioksidan.
Sejumlah penelitian juga membuktikan ada senyawa eugenol dalam daun sirih yang berkhasiat antiseptik. Penggunaannya dalam pengobatan gigi sebagai antibakteri. Kandungan eugenol pada tanaman sirih lebih dari 42 persen. Eugenol merupakan senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan jamur. Triana Andayani dkk dari Universitas Brawijaya, 2014, membuktikan minyak atsiri daun sirih merah bisa menjadi bahan pengawet alamiah pada ikan teri, terkait kemampuannya sebagai antimikroba. Bakteri pembusuk terhambat pertumbuhannya akibat pengaruh minyak atsiri tersebut.
Vera Yulia Fitri dan kawan-kawan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat, 2017, membuktikan bahwa air rendaman daun sirih merah bisa digunakan sebagai pengawet alamiah untuk ikan tongkol. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan konsentrasi 1%, larutan atsiri sirih merah ini dapat menghambat tumbuhnya bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp secara signifikan.
Semakin lama rendamannya semakin tertekan pertumbuhan bakterinya. Namun, bila perendaman sampai 30 menit, larutan daun sirih itu bisa mengakibatkan perubahan pada rasa segar, aroma, dan tekstur ikan tongkol. Balado tongkol tak selezat biasanya.
Secara generik, ada substansi khas di daun merah itu. Yaitu flavonoid dan alkaloid, senyawa dari golongan fenol. Fungsinya bisa menghambat bakteri patogenik Escherecia coli, Candida albicans, dan secara terbatas bakteri Staphylococcus aureus.
Falavonoid adalah zat fenolik dengan berat molekul yang rendah dan banyak terkandung di jaringan tanaman. Ia merupakan senyawa fenol dan termasuk salah satu metabolit sekunder pada tumbuhan yang berfungsi sebagai antioksidan. Dalam tubuh manusia, falavonoid dapat berperan sebagai agen antioksidan, antialergi, antibakteri, antiviral, antijamur, bahkan antikanker. Antioksidan menjadi andalannya karena menghambat terbentuknya oksigen radikal yang bisa mengusik keserasian proses metabolisme tubuh dan menimbulkan penyakit.
Ada pun senyawa alkoloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir semua jenis organisme. Alkaloid ini sampai batas tertentu juga diketahui memiliki efek farmakologi sebagai obat antikanker, antiinflalasi, dan antimikroba. Pemberian ekstrak daun sirih terbukti dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus yang biasa menyebabkan radang tenggorokan.
Daun sirih merah juga dapat berlaku sebagai antiseptik herbal karena mengandung minyak esensial, flavonoid, saponin, dan tannin. Di berbagai daerah, banyak ibu menyusui biasa memakai tumbukan daun sirih merah sebagai obat topikal (oles atau kompres) untuk mengatasi mastitis. Pemberian sirih merah sebagai obat oles hanya untuk mengatasi radang akibat iritasi payudara.
Penelitian di dunia kedokteran gigi mengungkap manfaat sirih merah sebagai penghambat bakteri perusak gigi, misalnya Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa) dan Porphyromonas gingivalis (Pg). Kesimpulan ini didapat dengan pemberian ekstrak daun sirih merah 10 persen dalam sebuah percobaan di laboratorium. Pg diketahui menimbulkan periodontis, sedangkan Aa mengakibatkan munculnya periodontis serta gigi tanggal pada orang dewasa.
Selain manfaat sirih merah di atas, beberapa penelitian lain juga menyebut kandungan dalam tanaman merambat ini bisa menyembuhkan berbagai macam masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dimaksud antara lain jantung koroner, diabetes mellitus, tuberkulosis, asam urat, kanker payudara, kanker darah (leukemia), ambeien, penyakit ginjal, hingga impotensi.
Sri Hati Sitepu dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara (USU) Medan meneliti uji efek hipoglikemik ekstrak etanol daun sirih merah pada tikus putih jantan. Hasil pengujian farmakologi ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 50, 100 dan 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar gula darah tikus.
Hal senada juga dikemukakan tim peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang. Mereka meneliti pemberian air rebusan daun sirih merah terhadap kadar glukosa dan kolesterol darah mencit putih jantan. Hasil penelitian menunjukkan air rebusan daun sirih merah dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih secara signifikan.
Selain itu, daun sirih merah juga dipercaya mampu menyembuhkan eksim (dermatitis), gatal-gatal, luka bernanah yang sulit sembuh, karies gigi, batuk, radang pada mata, telinga, prostat, hepatitis, hipertensi, keputihan kronis, demam berdarah dengue (DBD), penambah nafsu makan, hingga penyakit kelamin (gonore, sifilis, hingga herpes).
Banyak manfaat kesehatan sirih merah yang telah dibuktikan. Reputasinya diakui sebagai obat serba guna diakui oleh dunia masyarakat. Tak heran, bila di tengah kelangkaan obat, bahan suplemen, dan disinfektan, sirih merah pun dilirik masyarakat umum. Apalagi, harganya terjangkau. (Red)