JABARNEWS | BANDUNG – Sekitar 500 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Kampung Cibuana RW 02 dan Kampung Cintakalsana RW 03, Desa Gunungmasigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat terdampak krisis air bersih memasuki musim kemarau.
“Sudah sebulan terakhir warga kesulitan air bersih. Kalau yang punya uang bisa beli, biasanya Rp70.000 untuk 500 liter air,” kata Kepala Desa Gunungmasigit, Tarkopa, Sabtu (29/8/2020)
Ia mengatakan, warga banyak yang membeli air bersih itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dikarenakan sumber mata air dan sumur yang biasa digunakan sudah tidak dapat dimanfaatkan akibat mengering.
“Kalau dalam sebulan ke depan hujan belum turun, kondisi kekeringan akan semakin parah dan warga yang krisis air bersih pasti lebih banyak,” ucap dia.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) belum menetapkan status siaga darurat kekeringan meski musim kemarau menyebabkan debir air bersih di beberapa desa mulai berkurang.
“Terkait penetapan status siaga darurat kekeringan kita masih menunggu arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Barat Duddy Prabowo di Ngamprah, Jumat (28/8/2020).
Menurutnya, inti dari penetapan status siaga darurat kekeringan sangat bergantung pada hasil kajian BMKG dan penetapan status di tingkat provinsi.
“Penetapan status siaga darurat kekeringan juga sangat bergantung pada hasil kajian BMKG dan penetapan status di tingkat provinsi,” kata dia.
Hingga kini pihaknya belum menerima permintaan pendistribusian air bersih dari masyarakat. Setiap kemarau lokasi yang mengalami krisis air bersih tidak bertambah ataupun berubah. Seperti di Kecamatan Cipatat, wilayah langganan rawan air bersih adalah Desa Gunungmasigit.
“Guna mengantisipasinya, BPBD KBB selalu bekerja sama dengan instansi lain, salah satunya PDAM untuk memenuhi permintaan air bersih ke warga,” kata dia. (Red)