Kulpis Asal Purwakarta Bakal Rambah Pasar Luar Negeri

JABARNEWS | PURWAKARTA – Kini, pemasaran kerupuk kulit pisang (Kulpis) yang di produksi pasangan suami istri yang tinggal di Perumahan Griya Asri, Kelurahan Ciseureuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Putri Aprilia (29) dan Ari Hidayat (30) telah menyebar di hampir 60 persen wilayah Jawa Barat.

“Untuk produk kami sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Barat, mulai penitipan ke outlet dan swalayan hingga pada sistem penyaluran,” ucap Putri Aprilia, pada Jumat (11/12/2020).

Putri memaparkan, tahun depan berencana memasukan produknya ke minimarket, seperti Indomaret dan Borma.

“Kerupuk kulit pisang kami ini punya tiga varian rasa, di antaranya original, jagung manis, dan balado,” ucapnya.

Baca Juga:  Minggu Dini Hari, Belasan Remaja di Kota Sukabumi Diamankan Polisi Diduga Hendak Lakukan Ini

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/5VOw4lpa8zs” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

Sementara, terkait pembuatan kerupuk kulit pisang ini, Putri menjelaskan, kulit-kulit pisang yang telah dia kumpulkan semuanya dihancurkan dan dicampurkan bahan adonan lainnya hingga menjadi berbentuk seperti dodol.

“Pembuatannya termasuk penjemuran memakan waktu sekitar 5 jam. Best seller kerupuk kulit pisang kami itu ialah yang varian balado hingga meraup Rp 30 juta bulan ini,” ujarnya.

Ia mengaku, usaha olahan kulit pisangnya ini sempat mengalami kegagalan saat pertama membuatnya dahulu. Butuh waktu enam bulan, kata Putri, untuk akhirnya mereka dapat menemukan formula yang tepat dalam membuat kerupuk kulit pisang.

Baca Juga:  SDN 4 Mekarasih Juarai Kemah Kwaran Malangbong

“Enam bulan itu kami trial error. Setelah itu alhamdulillah orang pada suka dan penjualannya pun banyak. “Awalnya saya biasa jual ke teman-teman UKM serta ketika ada perkumpulan-perkumpulan,” jelas Putri.

Kerupuk kulit pisang yang diberi nama Kulpis ini waktu pertama penjualan dihargai Rp8 ribu tetapi sekarang sudah berjalan dua tahun sudah naik harganya menjadi Rp 15 ribu untuk ukuran kemasan 105 gram.

“Sehari itu kami bisa produksi sebanyak 50 kilogram. Tetapi, sekarang berhenti produksi karena cuaca musim hujan dan kami produksi banyak itu saat musim kemarau,” katanya.

Putri mengaku memiliki sebanyak 11 orang pegawai dengan membagi menjadi dua shift. Saat ini di musim hujan, Putri berfokus untuk menghabiskan stok yang tersedia sampai Desember.

Baca Juga:  Lestarikan Nilai Budaya, KSB Gelar Sudong Bagi Pelajar di Purwakarta

Selanjutnya, sambung dia, pada 2021, dia berkeinginan untuk menembus pasar warung-warung dengan membuat kemasan yang lebih terjangkau, misalnya kemasan chiki.

“Sekarang kami sudah kirim ke berbagai wilayah, seperti Cianjur, Bogor, Cirebon, hingga Bandung. Lalu, ada juga ke Pekanbaru dan Padang. Kalau luar negeri kami sudah kirim ke Malaysia, sedangkan Kanada, Filipina, dan Arab Saudi baru sebatas ada penawaran,” ungkap Putri yang mengaku kini omzet bersih yang didapatkan mencapai Rp20 sampai 25 juta.

Penulis : Gigin Ginanjar