Pengusaha Tahu di Cirebon Menjerit, Harga Kedelai Terus Naik

JABARNEWS | CIREBON – Sejumlah Pengusaha Tahu dan Tempe di Cirebon Jawa Barat, menjerit akibat harga bahan baku kedelai terus melambung. Mereka terancam gulung tikar, bahkan kini meliburkan produksi selama empat hari.

Harga kedelai di pasaran dari awal bulan Desember tahun 2020 mencapai kisaran Rp 7000 sampai Rp 8000, padahal satu bulan sebelumnya harga kedelai masih berada di kisaran Rp 5.500 rupiah.

Seperti yang dirasakan Usman (42), salah satu pengusaha pabrik tahu di Desa Wanasaba Lor, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Selama harga kedelai naik, ia terpaksa mengurangi produksi tahu dari satu kuintal per hari, kini ia hanya bisa memproduksi sebanyak tiga puluh kilo kacang kedelai untuk produksi tahu kuning.

Baca Juga:  Wow... di Purwakarta Ada Cooking Competition bagi Pelajar SMK di Jawa Barat

“Kami terpaksa mengurangi produksi hingga tiga puluh kilo kacang kedelai, karena bahan bakunya kian mahal,” katanya.

Sebelum adanya kenaikan harga kacang kedelai, lanjut Usman setiap hari ia mengerjakan sebanyak empat orang. Namun karena mengurangi produksi, dan biaya upah, ia terpaksa meliburkan dua karyawan lainnya.

Baca Juga:  Libur Idul Adha 1444 Hijriah, Cikao Park Purwakarta Diserbu Pengunjung

“Terpaksa kami kurangi dua orang karyawan, karena sudah tidak mampu membayarnya,” katanya.

Selain itu, ia juga sempat meliburkan produksi tahu, lantaran harga terus melambung hingga Rp 8 ribu. Jika hal itu terus naik, tidak menutup kemungkinan ia akan berhenti produksi untuk sementara waktu. Namun ia tetap bertahan, meski produksinya dikurangi.

“Sudah empat hari kita tidak produksi, karena harga kacang kedelai masih mahal, dan stoknya pun tidak ada,” katanya.

Saat disinggung menaikan harga tahu per bungkus, ia mengakui sebelumnya harga tahu sebesar Rp 5500 per bungkusnya. Namun kini per bungkusnya menjadi Rp 6000.

Baca Juga:  Jika Ingin Diusung PKS di Pilgub Jabar, Ridwan Kamil Harus Penuhi Syarat Ini

“Harganya kita naikkan Rp 6000 per bungkus, tapi konsumen rata-rata tidak mau membelinya,” katanya.

Lanjut Usman, semenjak harganya naik hingga Rp 6000 tidak ada konsumen yang memesan. Bahkan sempat tidak dapat mengirim tahu ke beberapa wilayah Ciayumajakuning.

“Sempat satu hari kami tidak mengirim tahu ke sejumlah tempat, mereka rata-rata tidak mau harganya dinaikkan. Bahkan kami setiap hari tergolong rugi,” katanya.

Penulis: Abdul Rohaman