Rangkuman Hoaks: Vaksin Berbahaya Bagi Manusia Hingga Wartawan Terkapar Setelah Vaksinasi Covid-19

JABARNEWS | JAKARTA – Direktorat Jendral Pengendalian Aplikasi dan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis 12 berita atau kabar tidak benar (Hoaks) yang tersebar di berbagai media sosial. Rilis tersebut berisi rangkuman hoaks selama satu minggu dari tanggal 7 Februari sampai 5 Maret 2021.

Ke-12 berita hoaks tersebut yaitu:

1. [HOAKS] Potasium dalam Vaksin Covid-19 Berbahaya bagi Organ Tubuh Manusia

Beredar sebuah unggahan di media sosial Facebook berisi kutipan tulisan yang diklaim berasal dari seorang dokter dan pakar kesehatan. Dalam tulisannya, ia menyebut vaksin Covid-19 seperti Pfizer dan Moderna berbahaya bagi organ tubuh manusia karena mengandung Potasium Klorida.

Faktanya, menurut data Reuters Fact Check, Potasium Klorida (Potassium Chloride) dalam jumlah kecil aman untuk diberikan kepada manusia. Beberapa vaksin seperti Pfizer memang memiliki kandungan kalium klorida, namun jumlahnya sangat sedikit dan terbukti secara klinis aman.

2. [DISINFORMASI] Covid-19 Diciptakan Agar Manusia Divaksinasi

Beredar sebuah unggahan di media sosial yang menyebutkan bahwa vaksin sebetulnya tidak dibuat untuk Covid-19, melainkan Covid-19 yang dibuat atau diciptakan agar masyarakat divaksinasi. Sebuah postingan Facebook bahkan menyebut vaksin sebagai racun yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Faktanya, klaim dalam unggahan tersebut adalah informasi yang keliru. Dilansir dari reuters.com, banyak Negara yang telah membuktikan secara independen bahwa SARS-CoV-2 benar adanya.

3. [HOAKS] Surat Elektronik Mengatasnamakan IPD Balitbangkes Terkait Pemberian Vaksin Covid-19

Beredar surat elektronik (e-mail) yang mengatasnamakan Bagian Informasi, Publikasi, dan Diseminasi (IPD) Sekretariat Badan Litbangkes yang berisi informasi terkait pemberian vaksin Covid-19 bagi seluruh WNI dan orang asing yang jangka panjang tinggal di Indonesia.

Faktanya, pada akun Twitter resmi @litbangkemenkes mengklarifikasi bahwa Badan Litbangkes tidak melakukan program vaksin dan tidak pernah mengirimkan pesan melalui email [email protected]. Adapun email tersebut bukan email resmi Badan Litbangkes yang digunakan untuk hubungan eksternal.

Baca Juga:  Mendes PDTT, Mendagri & Kapolri Teken MoU Awasi Dana Desa

4. [HOAKS] Pesan Berantai Vaksinasi Lansia di Kantor BPPSDMK Jakarta

Beredar pesan berantai di media sosial WhatsApp yang isinya mengajak lansia untuk vaksinasi dengan hanya menunjukkan KTP di Kantor BPPSDMK, jalan Hang Jebat Raya, Jakarta dalam pesan tersebut diinfokan setiap hari ada jatah 1000 orang untuk divaksin. Bahkan disebutkan juga pemilik KTP non-DKI Jakarta dapat memperoleh vaksinasi di BPPSDMK Jakarta.

Kemenkes melalui akun Twitter @KemenkesRI telah mengklarifikasi pesan berantai yang mengakibatkan antrean panjang para lansia untuk divaksinasi Covid-19 pada selasa tanggal 2 Maret 2021 di gedung BPPK Jakarta, dan menyebut bahwa isi pesan berantai tersebut adalah hoaks.

5. [DISINFORMASI] Video Kerumunan Orang di Mall Taman Anggrek Jakarta

Beredar di berbagai media sosial sebuah unggahan video yang menunjukkan adanya kerumunan orang di lokasi yang disebut merupakan Mall Taman Anggrek Jakarta.

Faktanya, dilansir dari Kompas.com, Kepala Satpol PP Jakarta Barat, Tamo Sijabat membantah adanya kerumunan orang di Mall Taman Anggrek. Menurut Tamo, video yang tersebar merupakan rekaman suasana vaksinasi Covid-19 massal yang dilaksanakan di Pasar Tanah Abang beberapa waktu lalu.

6. [HOAKS] Penggunaan Masker dan Lockdown Tak Turunkan Angka Covid-19

Seorang politisi asal Amerika Serikat melalui akun Twitternya menyebut penggunaan masker dan kebijakan lockdown tak memperlambat angka penyebaran Covid-19. Ia juga menilai kedua hal itu merupakan bagian dari teori konspirasi.

Faktanya, klaim penggunaan masker dan kebijakan lockdown tak memperlambat angka penyebaran Covid-19 adalah tidak benar. Sejumlah penelitian tentang penggunaan masker dan kebijakan lockdown diketahui mampu mengurangi atau menurunkan angka penyebaran virus Corona (Covid-19).

7. [DISINFORMASI] Anosmia Bukan Gejala Khas Virus dan Bisa Disembuhkan dengan Mecobalamin

Beredar sebuah unggahan di media sosial Instagram berisi klaim bahwa anosmia bukan merupakan gejala khas virus dan dapat disembuhkan dengan mecobalamin.

Baca Juga:  UMKM Terdampak Covid-19 di Karawang Dapat Bansos Pemprov Jabar

Faktanya, klaim anosmia bukan gejala khas virus dan bisa disembuhkan dengan mecobalamin adalah tidak benar. Menurut dokter spesialis penyakit dalam, Sally Aman Nasution, anosmia atau kehilangan penciuman menjadi salah satu gejala yang dialami oleh pasien Covid-19.

8. [DISINFORMASI] Kepala Peneliti Pfizer Sebut Vaksin Covid-19 untuk Sterilisasi Wanita

Beredar sebuah informasi yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 bisa menyebabkan sterilisasi pada wanita. Kabar tersebut bermula dari sebuah artikel berbahasa Inggris dengan judul “Kepala Penelitian Pfizer: Vaksin Covid merupakan Sterilisasi untuk Wanita”, dalam artikel itu tertulis Vaksin Covid-19 mengandung protein yang disebut dengan syncytin-1.

Berdasarkan penelusuran Kumparan.com yang mengutip dari lembaga Factcheck.org, klaim tersebut merupakan kabar hoaks. Tidak ada vaksin Covid-19 yang telah disetujui mengandung syncytin-1.

9. [HOAKS] MUI Keluarkan Maklumat Tangkap Presiden Jokowi karena Pelanggaran Prokes di NTT

Beredar sebuah video berdurasi lebih kurang 10 menit di aplikasi YouTube yang di unggah kembali menggunakan akun pribadi pada platform media sosial Facebook dengan keterangan “Beranikah ?!”. Video tersebut menyampaikan narasi yang mengklaim bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan maklumat tangkap Presiden Joko Widodo yang disebutkan telah melanggar protokol kesehatan (prokes) di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dilansir dari Cek Fakta Medcom.id, diketahui bahwa klaim Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan maklumat tangkap Presiden Joko Widodo tersebut adalah salah dan tidak berdasar. Dari hasil penelusuran tidak ditemukan data atau fakta pendukung bahwa benar MUI mengeluarkan maklumat tangkap Presiden Jokowi.

10. [HOAKS] Tidak Ada Kompensasi Jika Cacat atau Meninggal Usai Divaksin

Beredar tangkapan layar percakapan WhatsApp di media sosial dengan narasi yang mengklaim bahwa pemerintah tidak menyediakan kompensasi bagi yang mengalami kegagalan vaksin seperti efek jangka panjang atau meninggal dunia. Unggahan yang ditulis dalam Bahasa Inggris tersebut mengatasnamakan Andrew Lee dari Singapura.

Baca Juga:  Begini Cara Retas Web MG Holiday

Faktanya, klaim yang menyebutkan pemerintah tidak menyediakan kompensasi bagi yang mengalami kegagalan vaksin seperti cacat atau meninggal dunia adalah tidak benar. Pemberian santunan tersebut tertulis dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 tahun 2021 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

11. [DISINFORMASI] Sebuah Jurnal Membuktikan Covid-19 Sudah Dibicarakan Sejak 2008

Beredar postingan di media sosial Facebook yang mengunggah foto tangkapan layar dari sebuah jurnal penelitian disertai klaim bahwa istilah “Novel” pada Covid-19 sudah dibicarakan pada studi tahun 2008.

Faktanya, klaim tersebut adalah keliru. Dilansir dari reuters.com, artikel jurnal dalam tangkapan layar tersebut tidak merujuk pada Novel Coronavirus penyebab Covid-19. Menurut tim Ilmuwan Kesehatan Global dan Pencegah Infeksi di Medan Digital Health Lab, studi tahun 2008 menggunakan istilah SARS-CoV-1, SARS-CoV-2 dan SARS-CoV-3 untuk merujuk pada fragmen gen SARS-CoV-1, yaitu virus yang menyebabkan sindrom pernapasan akut yang disebut dengan SARS.

12. [MISINFORMASI] Puluhan Wartawan Terkapar setelah Vaksinasi Covid-19

Beredar informasi di media sosial dan WhatsApp bahwa puluhan wartawan terkapar pasca vaksinasi Covid-19. Berdasarkan klarifikasi langsung dari Jubir Vaksin Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, terkait informasi puluhan wartawan terkapar usai vaksinasi Covid-19 yang beredar di WhatsApp grup maupun media sosial lainnya adalah tidak benar.

Beliau menjelaskan bahwa pada 26 Februari 2021 ini terdapat 5 (lima) awak media yang memang diobservasi karena merasa ada keluhan efek samping pasca penyuntikan vaksin Covid-19. Namun, saat ini kelima awak media tersebut sudah kembali ke rumah masing-masing dan dalam kondisi sehat. (Red)