JABARNEWS | SUKABUMI – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menemukan seorang bocah penjual cilor berusia 10 tahun bernama Khoirul Anwar Kampung Bungbulang, Desa Ciheulang Tonggoh, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Di usianya yang masih muda, Khoirul Anwar terbiasa memikul beban puluhan kilo untuk berjualan cilok telor atau cilor. Dalam pertemuan Dedi Mulyadi dengan bocah pekerja keras itu, diketahui bahwa bocah penjual cilor itu berdagang untuk membiayai kakak perempuannya yang lumpuh.
Khoirul Anwar bocah penjual cilor keliling berbekal pengalaman mengikuti bapaknya yang juga berjualan cilor keliling. Khoirul Anwar memberanikan diri untuk berjualan sendiri sejak dua tahun terakhir dengan membawa pikulan yang beratnya puluhan kilo.
Anwar, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Abdurohman dan Ai Siti Rohmah. Dedi Mulyadi menemuinya belum lama ini, untuk melihat ketangguhan Anwar dalam membantu orang tuanya membangun ekonomi keluarga.
Kepada Dedi, Anwar bercerita setiap hari jualan keliling desa dengan modal Rp 40-50 ribu. Dari modal tersebut Anwar biasanya mendapatkan untung Rp 5-10 ribu dalam satu hari.
“Uangnya ditabung di emak (ibu). Nantinya mau beli HP buat belajar sekolah, beli tas sama beli sepeda,” ujar Anwar, dikutip dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Senin (12/7/2021).
Anwar mengatakan, uang tersebut adakalanya tidak ditabung karena diberikan kepada kakaknya yang lumpuh untuk jajan.
“Kadang juga dikasih buat beli popok kakak,” ucap bocah yang bercita-cita menjadi polisi ini.
Saat pertemuan itu Anwar memperlihatkan keahliannya membuat cilor. Pertama bahan baku cilok yang sudah ditusuk dicelup ke adonan telur. Kemudian cilok tersebut digoreng di minyak panas.
Hingga akhirnya cilok tersebut matang dan berubah menjadi cilor. Otot anak 10 tahun ini juga tampak kuat dan kekar. Dia terbiasa memikul tanggungan cilor seberat 10 kg di bahunya.
Ia berjalan memikul menuju rumahnya. Di sela perjalanan Dedi sempat mencoba memikul dan diakuinya tak mudah.
“Zaman saya kecil anak-anak biasa bekerja panggul bata, pikul kayu, pikul padi. Tapi zaman sekarang sangat jarang karena anak-anak kebanyakan main gadget,” ujar Dedi Mulyadi.
Sesampainya di rumah Anwar, Dedi terkejut karena kondisinya cukup memprihatinkan. Anwar tinggal di rumah tidak layak huni. Anwar bersama kakak, adik, ibu dan ayahnya tidur dalam satu ruangan yang atapnya banyak yang bocor.
Dedi pun sempat menitihkan air mata saat melihat Anwar begitu perhatian dan sayang terhadap kakaknya.
“Kesederhanaan, kesusahan tidak membuat hilangnya cinta. Inilah cinta tulus hubungan kakak dan adik. Terlepas dari kekurangan yang dimiliki inilah kakak adik yang bahagia. Hidup saling menyayangi, saling membesarkan, saling mencintai. Sosok adik yang berjuang untuk kebaikan dan kebutuhan kakaknya,” ucap Dedi.
Dedi mengatakan selama ini orang selalu berpikir kekurangan adalah sebuah musibah. Namun tidak bagi Anwar yang melihat kekurangan kakaknya sebagai anugerah. Bahkan sejak kecil Anwar sudah memiliki pemikiran untuk membahagiakan kakaknya.
Dedi mengajak Anwar belanja ke toko untuk membeli modal dagang dan kebutuhan kakaknya. Di sana Anwar memilih sendiri kebutuhan dasar berdagang cilor seperti terigu, minyak dan telur. Tak lupa Anwar membelikan popok juga susu untuk kakak dan adiknya yang masih kecil.
Dedi juga tampak mencoba memikul tanggungan berisi peralatan memasak cilor yang biasa dipikul keliling. (Red)