JABARNEWS | BANDUNG – Sunda tidak hanya dikenal sebagai salah satu budaya yang ada di Indonesia, atau secara spesifik sebagai nama etnis masyarakat yang tinggal di Jawa Barat.
Lebih dari itu, istilah “Sunda” juga harum dalam dunia ilmiah, khususnya pada bidang geologi – geografi. Istilah Sunda dalam ilmu kebumian telah dikenal secara internasional.
Guru Besar Emeritus Geologi ITB Prof. Dr. Koesoemadinata menjelaskan, istilah Sunda dalam ilmu kebumian tidak ada hubungannya dengan nama etnis atau istilah politik.
Menurut Koesoemadinata, istilah “Sunda” sudah lama dikenal untuk menyebut suatu wilayah yang terletak di belahan tenggara benua Asia.
Bahkan, mengutip dari laman Unpad, Minggu (29/8/2021), nama “Sunda” konon lebih dulu disebut daripada nama “Nusantara”.
Adalah ahli geografi Claudius Ptolemaeus yang pertama kali menyebutkan adanya kepulauan bernama Sunda di sebelah timur India dalam laporan penjelajahannya pada 150 Masehi.
Data pada laporan ini kemudian menjadi bekal bagi orang Portugis ketika pertama kali menginjakkan kaki ke Nusantara pada 1500 Masehi.
Kala itu, papar Koesoemadinata, kedatangan Portugis dihadapkan pada suatu wilayah kerajaan yang bernama kerajaan Sunda.
Praktis, orang Portugis yang masih buta mengenai istilah Nusantara menyimpulkan bahwa Nusantara itu adalah Sunda.
“Orang Portugis menyimpulkan bahwa Nusantara itu Sunda karena di bagian barat pulau-pulaunya besar disebut Soenda Mayor (Sunda Besar), sedangkan di bagian timur pulau-pulaunya kecil disebut Soenda Minor (Sunda Kecil),” ungkap Prof. Koesoemadinata.
Sejak masa itu, istilah Sunda lazim digunakan dalam ilmu kebumian. Istilah ini lazim digunakan untuk merujuk suatu wilayah bernama Nusantara atau saat ini dikenal sebagai Indonesia.
Istilah “Sunda Besar” dan “Sunda Kecil” pun masih digunakan dalam pustaka geologi-geografi.
Selain digunakan untuk menyebut nama kepulauan, istilah Sunda juga digunakan sebagai nama dari paparan atau landas kontinen.
Wilayah Indonesia sendiri memiliki dua paparan, yaitu paparan Sunda di sebelah barat dan paparan Sahul atau Arafuru di sebelah timur.
Ada pula istilah Sunda Island Arc (busur kepulauan Sunda) atau rantai gunung api yang menyusun membentuk seperti busur, memanjang dari wilayah Sumatra hingga Timor; palung Sunda; Sunda Fold atau jenis pelipatan tektonik yang khas di perairan Natuna; serta istilah Sundaland.
“Sampai sekarang pun, dalam ilmu kebumian, istilah Sunda Islands sebagai nama kepulauan jauh lebih dikenal daripada istilah Indonesia Islands,” kata Prof. Koesoemadinata.
Ihwal arti istilah Sunda, Prof. Koesoemadinata merujuk pada pandangan ahli Geologi, Reinout van Bemmelen pada 1949. Menurut Bemmelen, istilah Sunda berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu “Cuddha” yang berarti “putih”.
“Konon menurut beliau, di zaman Pleistosen, di utara Bandung (saat ini) terbentuk gunung api raksasa yang dinamainya Gunung Sunda Purba,” ujarnya.
Gunung api ini mengalami erupsi dengan sangat dahsyat dan menutupi wilayah di sekitarnya dengan abu vulkanik berwarna putih.
Wilayah sekitar Gunung Sunda Purba diyakini sudah berpenduduk berdasarkan bukti yang ditemukan pada sejumlah artefak.
Oleh karena itu, jelas Prof. Koesoemadinata, daerah ini disebut sebagai Negeri Putih (Cuddha) atau cikal bakal sebagai “Sunda Land”. Penduduk yang mendiami wilayah tersebut kemudian dinamakan “Orang Sunda”. (Red)