JABARNEWS | BANDUNG – Memiliki trauma masa kecil yang terbawa hingga dewasa sangatlah tidak menyenangkan. Itu sebabnya, sangat penting bagi diri sendiri untuk berdamai dengan masa lalu.
Mirisnya, tidak semua orang mengerti rasanya memiliki trauma masa kecil. Bahkan, tak sedikit orang tua yang kerap menyepelekan hal-hal yang sesungguhnya bisa menjadi traumatis bagi anak.
Lantas jika memiliki trauma masa kecil, apa yang bisa dilakukan untuk berdamai dengan masa lalu?
Baca Juga: Presiden Jokowi Hadiri KTT G20 di Italia
Baca Juga: Berikut Lima Provinsi Penyumbang Teratas Kasus Covid-19 RI, Jabar Posisi Satu
Co-founder Tiga Generasi, Psikolog Saskhya Aulia Prima, meminta anak untuk lebih bertoleransi pada sikap orangtua, karena bisa jadi mereka mengalami situasi parenting yang berbeda dari masa saat ini.
Baca Juga: Pemotor Tewas Tabrakan dengan Truk di Pematangsiantar, Proses Evakuasi Jadi Tontonan Warga
Baca Juga: Ada di 8 Kecamatan di Kota Bandung, Sekolah Lansia Banyak Diminati karena Hal Ini
“Dulu mereka belum tahu bahwa sikapnya bisa mengakibatkan dampak yang berbahaya. Tapi setelah mereka semakin dewasa, penelitian tentang perkembangan anak baru bermunculan,” ujar Saskhya dilansir dari suara.com pada (29/10/2021).
Saskhya mengatakan sikap orangtua yang tidak paham dengan kondisi trauma anak, bisa jadi karena mereka juga pernah mengalami luka di masa lalu.
Sehingga orangtua ibarat landak yang menunjukkan durinya, dan berusaha menyerang orang lain ketika lukanya coba diusik.
Baca Juga: DAMRI Bandung Raya Berhenti Beroperasi, Akibat Penggelapan Uang Perusahaan Rp1,2 Miliar?
Baca Juga: Karana Ini, Kementrian PUPR Kosongkan 205 Bendungan, Termasuk Jatiluhur
Jadi, kata Saskhya, meskipun memiliki trauma masa lalu, cobalah menyayangi orang dengan sikap rumit orang yang ada di keluarga.
Baca Juga: Jelang Persib Lawan Persipura, Robert Alberts Sebut Harus Tetap Waspada
Baca Juga: DPRD Kota Bandung Minta Sekda Terbuka Terkait Jumlah Banprov Jabar
“Yang bisa dikendalikan diri, kan, sendiri. Jadi memang ada latihan untuk menyayangi orang yang rumit, misalnya salah satu orangtua kita,” tutur Saskhya.
Alih-alih memicu perdebatan dengan membahas luka diri sendiri, cobalah untuk lebih mengerti situasi orangtua dan kenali mereka. Ada saat dimana orangtua mengeluarkan durinya, maka hindari situasi itu.
Baca Juga: Bima Arya Tunjukan Bus Trans Pakuan Pengganti Angkot di Kota Bogor, Begini Penampakannya
“Pasti tahu topik apa, atau kegiatan apa yang membuat mereka sensitif, akhirnya isunya sensitif akhirnya isu keluar, terus kita yang kena marah,” tutur Saskhya.
Baca Juga: Resep Makanan Sup Krim Brokoli Untuk Bayi, Bisa Melegakan Tenggorokan
Sebaliknya, lakukan hal yang membuat orangtua senang, jangan hanya datang saat sedang ada masalah, agar hubungan psikologis anak dan orangtua terjaga. ***