Muktamar NU (Nahdlatul Ulama) ke-34. (NU Online)
JABARNEWS | BANDUNG – Muktamar NU (Nahdlatul Ulama) ke-34 menghadirkan persaingan empat kandidat kuat calon Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU). Tiap kandidat yang bersaing kali ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Keempat kandidat itu yakni KH Said Aqil Siroj sebagai petahana, Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf, mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali, dan Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar.
Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina A Khoirul Umam menyebut, Said Aqil Siroj selama kepemimpinannya di NU berhasil membangun basis dukungan yang kuat di tingkat PWNU, Pengurus Cabang NU (PCNU), dan Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU).
“Kiai Said juga dianggap tokoh sentral yang berhasil mengawinkan pasangan Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin sebagai representasi bersatunya kelompok nasionalis dan Islam moderat di PIlpres 2019 lalu,” kata Umam dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kamis 23 Desember 2021.
Meski begitu, Umam mengidentifikasi potensi munculnya narasi-narasi yang cukup kontroversial, seperti pentingnya regenerasi di tubuh NU, kuatnya politisasi PBNU, hingga tuduhan terkait adanya pemalsuan tanda tangan Rais Aam oleh elemen tim Said, beberapa waktu lalu.