JABARNEWS | BANDUNG – Badan Geologi pada Kementerian ESDM menyatakan pengamatan visual dan instrumental yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Tangkubanparahu belum mengalami peningkatan yang signifikan.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan hembusan yang terjadi di Kawah Ecoma beberapa waktu lalu diduga akibat adanya dinamika air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan, yang kemudian terpanaskan dan membentuk akumulasi uap air bertekanan tinggi.
Hal ini menyebabkan terjadi overpressure sementara dan gas keluar berupa hembusan yang cukup kuat melalui zona lemah. Hembusan berwarna putih mengindikasikan bahwa aktivitas ini didominasi oleh uap air.
“Mengacu pada hasil pemantauan visual dan instrumental dan estimasi potensi ancaman bahaya terkini maka tingkat aktivitas Gunung Tangkubanparahu masih berada pada Level I (Normal),” katanya melalui siaran tertulis, Senin 14 Februari 2024.
Pada Level I (Normal) Badan Geologi rekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pedagang, wisatawan, dan pendaki, untuk tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan Kawah Upas, serta tidak menginap atau berlama-lama berada di dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Tangkubanparahu.
Masyarakat, katanya, harus mewaspadai meningkatnya konsentrasi gas-gas vulkanik yang dapat terjadi secara tiba-tiba, yaitu dengan tidak berlama-lama berada di sekitar area kawah aktif Tangkubanparahu agar terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.