Kepala BNPT Waspadai Kelompok yang Ingin Mendirikan Negara Islam

Kepala BNPT Komjen Boy Rafli bertemu Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di kantor PBNU Jakarta. (foto: istimewa)

JABARNEWS | JAKARTA – Agama Islam hadir di Indonesia dianggap sebagai sebuah rahmat. Namun demikian, hal tersebut jangan sampai dimanfaatkan kelompok tertentu untuk mendirikan negara Islam.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar saat menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (29/3).

“Islam di Indonesia adalah Islam yang rahmat, jangan sampai diubah oleh kelompok-kelompok yang ingin mendirikan negara Islam,” ujar Komjen Boy Rafli seperti dikutip dari nuonline.com.

Baca Juga:  Tangkal Radikalisme, Polres Purwakarta Gelar Operasi Bina Waspada Lodaya 2023

Lebih lanjut Komjen Boy Rafli menilai, semua kekerasan yang mengatasnamakan agama bisa dinetralisir. Salah satunya melalui nilai-nilai yang diajarkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) seperti tercermin dalam jargon Hubbul Wathan Minal Iman (nasionalisme bagian dari iman).

“Nilai-nilai yang diajarkan Nahdlatul Ulama (NU) selama ini digunakan BNPT untuk menjadi role model yang kami tawarkan kepada kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan atas nama agama,” jelas Boy Rafli.

Baca Juga:  Radikal Teroris Ditangkap Bagus, Gus Yaqut: Kalau Dibiarkan Seperti Covid-19

Ia berharap, semangat PBNU dan BNPT untuk membangun peradaban Indonesia yang harmoni yang dilaksanakan secara bersama-sama.

Sementara itu hasil diskusi pihaknya dengan Ketua Umum PBNU, kata Komjen Boy Rafli akan ditindaklanjuti dengan sejumlah kerja sama yang konkret dengan membuat agenda-agenda ke depan.

Di kesempatan yang sama Ketua Umum PBNU, ), KH Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa NU merupakan organisasi Islam yang memiliki komitmen nasionalisme sangat kuat.

Baca Juga:  Kota Bandung Siap Berlakukan Karantina Wilayah? Begini Penjelasan Satgas Covid-19

Salah satunya yang pernah dibahas dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdalatul Ulama di Kota Banjar, Jawa Barat tahun 2019 silam.

“Munas di Banjar menyatakan bahwa NU perlu memerlukan kontekstualisasi terhadap pandangan-pandangan keagamaan yang ada dan disusul dengan menyusun mindset terhadap masyarakat untuk mencapai tatanan masyarakat yang harmonis dan saling toleran,” ujar pria yang akrab disapa Gus Yahya tersebut. (red)