Dekat Kantor Wali Kota Bandung, Seorang Janda dan Anak Yatim Tinggal di Rumah Rusak

Ibu Sari (54) warga Kota Bandung dan seorag anaknya tinggal di rumah yang memprihatinkan, atau tinggal tidak jauh dari Kantor Wali Kota Bandung.

JABARNEWS | BANDUNG – Program perbaikan rumah tidak layak huni (Rutilahu) milik masyarakat oleh Pemkot Bandung tahun 2022 dengan target 1.051 unit, kemungkinan tidak didapatkan Ibu Sari (54) yang meninggali rumah dalam kondisi rusak parah.

Ironisnya, Ibu Sari yang tinggal di rumah bersama anaknya berusia 14 tahun di Jl Linggawastu  Dalam No 206 RT 03/ RW 16, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung itu, tidak jauh dari Balaikota Bandung tempat Wali Kota Yana Mulyana berkantor.

Pasalnya, kondisi atap rumah ambruk dan bolong, sehingga ketika hujan turun air langsung masuk ke tengah rumah. Kondisi ini semakin memprihatinkan sejak beberapa bulan terakhir saat volume curah hujan meningkat.

“Saya sudah beberapa kali lapor ke RT maupun RW, dengan harapan ada bantuan atau solusi untuk memperbaiki rumah kami. Namun sampai saat ini tidak ada kejelasan. Bahkan beberapa tetangga pun sudah melihat langsung kondisi rumah kami,” unkap Ibu Susi kepada wartawan, Kamis (3/11/2022).

Baca Juga:  1.300 Petugas TPS Kota Bandung Dapat Bantuan

Dia mengkhawatirkan, jika tidak segera diperbaiki mengancam keselamatan jiwa. Karena kondisi atap yang sudah lapuk dan dapat ambruk, apalagi sekarang kan musim hujan.

Hal ini dibenarkan Ketua RW 16 Dede Saepulloh. Dia menyebutkan, bahwa kondisi rumah Ibu Sari memang memprihatinkan saat ini. Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, karena bangunan rumah itu sudah rusak dengan kondisi atap genting bocor karena beberapa bagian kaso-kaso penyangga lapuk.

“Terlebih sejak beberapa bulan ke belakang saat memasuki musim penghujan, kondisinya semakin memprihatinkan,” ujarnya saat dikonfirmasi Jabarnews, Jumat (4/11/2022).

Karena atap genting bolong lanjut dia, sehingga saat hujan turun, air hujan langsung masuk ke dalam rumah. Namun agar air tidak menggenang saat hujan turun, pemilik rumah memakai alas terpal bekas spanduk agar air yang masuk ke dalam rumah langsung bisa mengalir ke luar.

Baca Juga:  Pemkot Bandung Disomasi Warganya, Ini Permasalahannya

Sejauh ini, kata Dede,  pemilik rumah dengan bantuan warga sudah melakukan perbaikan 2 kali. Pertama tahun lalu, kemudian yang kedua beberapa bulan lalu. Upaya bantuan yang dilakukan warga sekitar seadainya  dengan memakai terpal plastik pada atap genting yang bolong. Namun itu tidak akan bisa bertahan lama.Karena jika dihitung biaya perbaikan, cukup  besar, meski warga tetap membantu seadanya.

Dia menjelaskan lagi, Ibu Sari tinggal dengan anaknya yang berusia 14 tahun dan suaminya telah meninggal, artinya seorang janda dan anak yatim. Dia bekerja seadanya dan serabutan, terkadang sebagai buruh cuci baju, terkadang pula menerima jahitan baju, dan pekerjaan sampingan lainnya.

Baca Juga:  Walhi Jabar Minta APH Selidiki Billboard Tak Berizin di Kota Bandung

Terkait bantuan program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dari Pemkot Bandung, pihaknya dari pengurus RW bersama RT pernah coba membantu dengan mengajukan ikut program itu, namun hal itu terkendala syarat dan aturan program tersebut.

“Karena Tanah yang ditempati ibu sari bukan tanah milik sendiri, tetapi merupakan tanah sewa, sehingga ini menjadi kendala. Sedangkan aturan program tersebut, setiap Rutilahu yang dapat diajukan harus sesuai aturan tersebut,” kata Dede lagi.

Hal ini yang menjadi kendala, kenapa rumah yang ditempati Ibu Sari belum bisa diikutkan program Rutisalu. Kendati warga sekitar prihatin terhadap keluarga tersebut, kendati tetap membantu semampunya.

Sampai berita ini diturunkan, dikabarkan pihak Pemkot Bandung sedang melakukan peninjauan ke lokasi.**