PB IDI: Pelaku Penganiayaan Dokter di Papua Harus Ditindak Tegas

PB IDI: Pelaku Penganiayaan Dokter di Papua Harus Ditindak Tegas
Kasus penganiayaan dokter di Papua memicu kecaman PB IDI, yang mendesak penegakan hukum tegas untuk melindungi keselamatan tenaga kesehatan di wilayah konflik

 

JABARNEWS | JAKARTA –  Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta aparat penegak hukum untuk bertindak tegas terhadap pelaku penganiayaan Dr. Yordan Sumomba. Terdyga pelaku penganiayaan adalah seorang pejabat lokal di RSUD Lukas Enembe, Papua, dan mengakibatkan Dr. Yordan mengalami luka serius. Ketua Umum PB IDI, DR Dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT, menegaskan bahwa penindakan tegas sangat perlu  untuk melindungi tenaga medis dari ancaman kekerasan.

Serangan Brutal Pejabat Lokal di Rumah Sakit

Insiden ini terjadi pada Selasa, 5 November 2024, ketika terduga pelaku, yang mengklaim sebagai “Asisten 3,” masuk ke ruang apotek RSUD Lukas Enembe. Setelah mengeluarkan ancaman, pelaku menyerang Dr. Yordan dengan kursi dan balok kayu. Serangan tersebut menyebabkan Dr. Yordan mengalami patah tulang di wajah dan memar parah di punggungnya. Karena cedera serius, Dr. Yordan harus mendapat perawatan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

Baca Juga:  Kondisi Pantai Selatan Tasik Rusak, Dampak Aktivitas Penambang Pasir Liar

IDI: Dokter Butuh Jaminan Keamanan di Papua

PB IDI menegaskan bahwa peristiwa ini adalah ancaman serius bagi tenaga medis di Papua. Dr. Adib menyatakan, “Kami ingin agar seluruh sejawat dokter dan tenaga kesehatan di Mamberamo Tengah serta seluruh wilayah Papua mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan.” Menurutnya, dokter di Papua sering menghadapi risiko tinggi di tengah kondisi kerja yang sulit. PB IDI meminta pemerintah segera memberi jaminan keamanan bagi mereka.

Baca Juga:  Amankan Arus Mudik, Polres Cirebon Terjunkan 600 Personel

Kondisi Kerja di Papua Semakin Memburuk

Ketua IDI Cabang Jayawijaya, Dr. Lorina, menyoroti bahwa kekerasan terhadap dokter bukan hal baru di Papua. Ia mengatakan bahwa konflik dan ancaman membuat jumlah dokter di wilayah tersebut semakin berkurang. “Jumlah dokter yang mau bertugas di Papua terus menurun. Risiko tinggi dan insentif rendah menjadi faktor utama,” ujarnya. Dr. Lorina berharap pemerintah memberikan perhatian lebih agar dokter tidak ragu mengabdikan diri di Papua.

Baca Juga:  Bejat! Oknum Ustadz dan Kakak Kelas di Sebuah Ponpes Depok Lecehkan Belasan Santriwati

PB IDI Apresiasi Langkah Cepat IDI Jayawijaya

PB IDI juga meminta para dokter di Papua tetap bersemangat melayani masyarakat meskipun risiko yang dihadapi tinggi. “Semoga kejadian ini mendapat perhatian khusus pemerintah pusat dan daerah, apalagi pelaku adalah aparat pemerintah,” kata dr. Adib.

PB IDI berharap kasus ini menjadi titik balik untuk perbaikan keamanan dan insentif bagi tenaga medis di Papua. Mereka memerlukan jaminan perlindungan, fasilitas kesehatan yang layak, dan dukungan trauma healing bagi korban kekerasan. Dengan kolaborasi dan komitmen pemerintah, PB IDI optimistis insiden kekerasan terhadap dokter tidak akan terulang.(Danny)