Lonjakan elektabilitas pasangan Dadang Supriatna-Ali Syakieb memicu pertanyaan publik. Dalam waktu satu minggu, elektabilitas mereka naik 6,6 persen berdasarkan survei IPO. Sebagian publik menilai perubahan ini anomali. Validitas survei jadi pertanyaan karena populasi dan sampel tidak berubah. Publik mulai ragu akan keakuratan data terakhir ini. Dugaan manipulasi data dan opini mencuat adanya penggiringan opini di tengah kompetisi Pilkada Kabupaten Bandung 2024 kian sengit.
Direktur Eksekutif Jamparing Institute, Dadang Risdal Azis, mengungkapkan keheranannya terhadap hasil ini. “Wajar perubahan cepat ini menimbulkan pertanyaan dan keheranan di masyarakat. Dalam rentang waktu yang sempit, jumlah populasi tidak berubah, dan kuantitas sampel tidak bertambah, tetapi aneh berubahnya pesat. Sebuah kewajaran mempertanyakan validitas kebenaran variabel elektabilitas survei terakhir ini,” ujarnya kepada pers Kamis 21 November 2024.
Efektivitas atau Sekadar Anomali?
Sebagian masyarakat memandang lonjakan ini sebagai hasil dari kerja politik yang efektif. Mereka percaya paslon 02 berhasil memanfaatkan momentum dengan baik. Namun, ada juga yang menilai lonjakan ini sebagai anomali. Mereka mencurigai adanya manipulasi data demi menggiring opini publik menjelang pemungutan suara.
“Satu sisi (paslon 02) memang menunjukan kerja politik yang efektif. Satu sisi menganggap hal ini sebagai anomali, yakni sebuah upaya manipulatif untuk kepentingan penggiringan opini,” ujar Dadang Risdal Azis.
Top of Mind Tetap Milik Paslon 01
Di sisi lain, pasangan Sahrul Gunawan-Gun Gun Gunawan masih memimpin dalam kategori top of mind. Hasil survei IPO menunjukkan Sahrul meraih 42,5 persen, atau unggul ketimbang Dadang Supriatna yang memperoleh 40,1 persen. Keunggulan ini memberikan keuntungan psikologis bagi paslon 01.
“Secara psikologis, saya melihat paslon 01 lebih mendapat keuntungan, meski di survei terakhir, tertinggal 0,8 persen. Tetapi persepsi dan opini pemilih sudah terbentuk kuat pasca rilis IPO sebelumnya,” tambah Dadang Risdal.
Validitas Data dalam Sorotan
Lonjakan elektabilitas paslon 02 ini memunculkan pertanyaan besar tentang validitas survei IPO. Publik mempertanyakan bagaimana perubahan signifikan terjadi tanpa ada penambahan jumlah sampel atau perubahan populasi yang signifikan. Kecepatan perubahan ini menimbulkan spekulasi dan skeptisisme.
Beberapa pihak menilai hasil survei ini tidak merefleksikan dinamika yang sebenarnya. Mereka menduga survei tersebut sengaja ada rekayasa untuk mengubah persepsi publik dalam waktu singkat.
Pertarungan yang Semakin Panas
Dengan pemungutan suara yang tinggal beberapa hari lagi, kedua pasangan calon menghadapi situasi yang sangat kompetitif. Pasangan Sahrul Gunawan-Gun Gun Gunawan tetap memanfaatkan keunggulan persepsi publik yang telah terbentuk. Sementara itu, pasangan Dadang Supriatna-Ali Syakieb terus berupaya mengonsolidasikan momentum mereka.
Kondisi ini menunjukkan bahwa persaingan di Pilkada Kabupaten Bandung semakin sengit. Strategi politik menjadi penentu utama siapa yang akan keluar sebagai pemenang. “Semakin sengit dan seru. Sahrul Gunawan dan Gun Gun Gunawan unggul dalam top of mind dan opini unggul yang telah berkembang atas hasil survei sebelumnya. Sementara Bedas, unggul sangat tipis dalam skema pasangan tetapi hasil surveinya dipertanyakan,” ujar Dadang Risdal.
Kesimpulan: Kepercayaan Publik Jadi Kunci
Pada akhirnya, kepercayaan publik terhadap hasil survei akan menjadi faktor penentu. Manipulasi data, jika terbukti, dapat merusak legitimasi hasil pemilihan. Di sisi lain, jika lonjakan ini benar hasil dari kerja politik yang efektif, pasangan Dadang Supriatna-Ali Syakieb akan mencatat sejarah sebagai pemenang di tengah persaingan ketat.
Pilkada Kabupaten Bandung tidak hanya menjadi pertarungan elektabilitas, tetapi juga ujian bagi integritas lembaga survei dan transparansi proses politik. Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang? Semua akan terjawab di hari pemungutan suara.(red)