JABARNEWS | BANDUNG – Pendengar radio analog di Kota Bandung terus berkurang dan berada di ambang kepunahan. Mereka beralih ke radio digital dan podcast. Akibatnya, pemasang iklan pun mengikuti tren ini. Radio analog kini kehilangan audiens dan pendapatan.
“Boleh dicek, kondisi stasiun radio analog di Bandung memprihatinkan,” kata Nata Sofa dalam workshop radio streaming di UIN SGD Bandung, Kamis (28/11/24).
Hijrahnya pendengar ini bukan kejutan. Perubahan perilaku konsumen memang tak terhindarkan. Teknologi baru menarik perhatian audiens yang haus akan fleksibilitas dan konten segar.
Iklan Pun Berpindah Haluan
Tidak hanya pendengar yang beralih. Pemasang iklan pun mengikuti arus. Radio analog semakin sulit menarik pengiklan. “Biro iklan menjerit karena pemasang iklan pindah ke dunia podcast digital,” ujar Nata. Akibatnya, pendapatan radio analog terjun bebas.
Inovasi atau Mati
Untuk bertahan, radio analog harus berubah. Mereka mulai mengadopsi teknologi radio streaming. Nata menegaskan, “Inovasi harus segera dilakukan. Para pemilik radio harus melek teknologi.” Radio perlu menciptakan konten kreatif yang relevan dengan kebutuhan generasi digital.
Kreativitas Menjadi Kunci
Sendi Prawira, narasumber lain dalam workshop tersebut, menekankan pentingnya ide segar. “Era digital sangat menguntungkan untuk bisnis. Modalnya kreativitas yang tiada batas,” katanya. Pelaku radio dituntut untuk memikirkan strategi baru agar bisa bersaing.
Transformasi yang Wajib
Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung, Dr. Aang Ridwan, mendukung transformasi ini. “Meningkatkan platform produksi dari analog ke digital adalah keharusan,” ujar Aang. Workshop tersebut dirancang untuk memperkuat kompetensi mahasiswa dan kru radio menghadapi tantangan zaman.
Masa Depan Radio di Era Digital
Di tengah gempuran teknologi, masa depan radio analog tergantung pada kemampuan beradaptasi. Melek teknologi, kreatif, dan inovatif menjadi syarat mutlak. Jika tidak, radio analog hanya tinggal kenangan. Seperti kata Nata Sofa, “Ke depan kita harus berlomba dalam gagasan, kreativitas, dan imajinasi.” (Dono Darsono)