Kesultanan Selacau: Kearifan Sejarah yang Bersolek Menuju Wisata Kreatif dan Religi

Kesultanan Selacau: Kearifan Sejarah yang Bersolek Menuju Wisata Kreatif dan Religi
Proses revitalisasi situs cagar budaya Kesultanan Selacau di Tasikmalaya masih berlangsung, memperlihatkan semangat dan dedikasi untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata religi yang menarik. Kesultanan Selacau terus bersolek, menghadirkan kearifan sejarah bagi generasi mendatang

JABARNEWS| BANDUNGKesultanan Selacau Tunggul Rahayu di Tasikmalaya yang  dalam fakta sejarah terkenal sebagai salah satu kesultanan berdaulat di Tatar Sunda, kini bertransformasi menjadi destinasi wisata kreatif dan religi. Di bawah kepemimpinan Rohidin, keturunan kesultanan yang gigih berjuang mengungkap sejarahnya yang terlupakan, Kesultanan Selacau berfokus pada revitalisasi cagar budaya dan pembangunan infrastruktur untuk menarik minat wisatawan. Dengan beragam fasilitas baru yang terencana, termasuk pasar mini dan area rekreasi, Kesultanan Selacau siap mempersembahkan kearifan sejarahnya kepada publik sekaligus memberdayakan masyarakat lokal.

Sejarah Kesultanan Selacau

Kesultanan Selacau Tunggul Rahayu berdiri dari tahun 1549 hingga 1589 Masehi, dan merupakan salah satu kesultanan berdaulat di Tatar Sunda, tepatnya di Kampung Nagara Tengah, Desa Cibungur, Kecamatan Parung Ponteng, Tasikmalaya. Kesultanan ini dikenal sebagai satu-satunya yang tidak pernah menyerahkan kekuasaannya kepada VOC atau Kerajaan Mataram. Oleh karenanya, Selacau dipandang sebagai kesultanan yang memiliki otonomi penuh dalam menjalankan aturan-aturannya.

Menariknya, sejarah Selacau sempat terabaikan. Tidak ada catatan yang menjelaskan perjalanan kesultanan ini, sehingga pengetahuan masyarakat tentangnya pun minim. Kegelapan sejarah ini menimbulkan pertanyaan: apakah fakta tersebut terlupakan atau memang sengaja disembunyikan? Misi untuk mengungkap fakta ini akhirnya diemban oleh Rohidin, keturunan kesultanan dengan gelar Raden, yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti sejarah leluhurnya.

Baca Juga:  Ini Sosok Atlet Panjat Tebing Sumbangkan Perak Untuk Purwakarta

Penemuan Fakta Sejarah

Usaha Rohidin membuahkan hasil. Ia menemukan bukti bahwa Kesultanan Selacau diakui sebagai kerajaan berdaulat di Mahkamah Internasional. Pencapaian tersebut menegaskan posisi Selacau dalam sejarah budaya. Tak hanya itu, Rohidin juga menemukan pengakuan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI yang menyatakan Selacau sebagai perkumpulan cagar budaya. Ia merasa lega dan bangga, mengingat bahwa ia adalah keturunan kesembilan dari Raja Padjajaran Surawisesa dengan gelar Sultan Patra Kusumah VIII. “Saya merasa lega adanya fakta sejarah Kesultanan Selacau,” ungkapnya.

Kesultanan Selacau: Kearifan Sejarah yang Bersolek Menuju Wisata Kreatif dan Religi
Warga setempat bergotong royong memperbaiki akses jalan menuju situs cagar budaya Kesultanan Selacau, memastikan konektivitas yang lebih baik ke kampung mereka. Kerja sama ini mencerminkan semangat kebersamaan dalam memajukan warisan budaya dan meningkatkan kesejahteraan komunitas

Bersolek : Revitalisasi Cagar Budaya

Dengan fakta sejarah yang baru ditemukan, semangat Rohidin untuk memelihara dan mengembangkan cagar budaya leluhurnya semakin berkobar. Sejak tahun 2018, bersama masyarakat setempat, ia berfokus pada penataan situs-situs sejarah. Upaya ini mencakup perbaikan halaman, penataan ruangan, dan penataan artefak-artefak penting di gedung utama Kesultanan Selacau. Atas kerja keras Rohidin, eksistensi Kesultanan Selacau Tunggul Rahayu kini seolah bangkit kembali.

Baca Juga:  BPJamsostek Siap Berikan Layanan Manfaat Program Jaminan Kehilangan

Rohidin berkomitmen untuk terus melanjutkan pembangunan infrastruktur demi kemajuan cagar budaya ini. Ia menjelaskan bahwa mereka membangun akses jalan karena kebutuhan masyarakat setempat yang sangat mendesak. “Kami tengah membangun infrastruktur berupa jalan karena masyarakat sangat membutuhkan. Selama ini kami belum pernah menerima bantuan dari manapun termasuk pemerintah,” ungkapnya. Pembangunan tersebut mencakup tiga desa prioritas: Desa Cigunung, Desa Cibungur, dan Desa Kariabakti. Harapannya, proyek ini akan mendongkrak ekonomi masyarakat secara merata.

Peta kuno wilayah kekuasaan Kesultanan Selacau di Tasikmalaya, yang dibuat pada era VOC Kolonial Belanda. Peta ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan otonomi kesultanan yang berdiri tegar meski menghadapi berbagai tantangan di masa lalu.

Pengembangan Fasilitas Wisata

Rohidin tidak hanya fokus pada pembangunan akses jalan. Saat ini, ia juga mengembangkan situs leluhur untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung. Proyek-proyek yang tengah berjalan mencakup pembangunan mushola, kamar mandi, pendopo, tempat penjagaan situs, dan pasar mini. Pasar mini ini akan menjadi tempat bagi masyarakat untuk menjual makanan dan souvenir khas, yang diharapkan dapat memperkaya pengalaman wisatawan.

Ke depan, Rohidin berencana menambah fasilitas seperti kolam renang dan area outbond untuk menarik lebih banyak pengunjung. “Kami ingin mengelola situs ini secara profesional seperti tempat wisata religi lainnya yang sudah sukses memperdayakan masyarakat dan pemerintah setempat,” ujar Rohidin. Dengan hadirnya fasilitas ini, dia berharap dapat membuka lapangan kerja baru, terutama dalam sektor pertanian dan perikanan yang juga direncanakan untuk dikembangkan.

Baca Juga:  Cek Senjata Api Jajarannya, Kapolresta Cirebon: Jangan Sembarangan Pemakaiannya

Komitmen untuk Membangun

Pengembangan cagar budaya menuju destinasi wisata kreatif dan religius bukanlah usaha yang mudah. Meskipun membutuhkan anggaran yang besar, Rohidin meyakini bahwa kemauan dan dedikasi adalah kunci utama. “Alhamdulillah, anggaran selalu sejalan dengan niat yang tulus,” ujarnya.

Saat ini, proses pembangunan telah mencapai 40 persen. Rohidin tetap membuka peluang bagi siapa pun yang ingin ikut berkontribusi, termasuk pemerintah. Ia juga berencana menghadirkan transportasi khusus untuk pengunjung agar lebih nyaman dalam menjelajahi situs-situs sejarah yang ada. “Tidak menutup kemungkinan kami akan menggandeng Dishub untuk memberikan kenyamanan pada pengunjung. Pengelolaan dilakukan secara profesional dan kesultanan tetap sebagai penanggung jawab,” ungkapnya.

Dengan tekad dan semangat juang yang tinggi, Rohidin berkomitmen menjadikan Kesultanan Selacau sebagai destinasi wisata religi yang mampu memberdayakan masyarakat dan menghormati warisan leluhur. (Dono Darsono)