JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bandung Barat Hengki Kurniawan mencanangkan ekonomi kuat pada 2030, sehingga penguatan sumber daya manusia (SDM) di Kabupaten Bandung Barat mutlak diperlukan.
Dengan alasan tersebut, maka persoalan stunting menjadi salah satu fokus penanganan yang dilakukan oleh Pemkab Bandung Barat, sehingga KBB memiliki SDM yang sehat dan unggul, serta memiliki daya saing.
Saat ini, melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Pemkab Bandung Barat menargetkan ada sebanyak 116.880 anak yang menjadi sasaran imunisasi di 2.323 Posyandu yang tersebar di seluruh RW.
Hengki Kurniawan mengatakan, BIAN menjadi upaya pemenuhan dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Dia pun meminta agar para orang tua membawa anaknya untuk dalam kegiatan BIAN.
“Kami akan berupaya maksimal untuk menyukseskan program imunisasi sekaligus menekan angka stunting melalui pemeriksaan rutin ke wilayah. Jadi, kalau ada bayi yang pertumbuhannya kurang maksimal, kami monitor sampai bisa sehat,” ucapnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbanda) KBB Asep Wahyu mengatakan, salah satu tantangan persoalan stunting ialah jumlah penduduk usia tidak produktif yang lebih banyak dibandingkan penduduk usia produktif.
Dia menjelaskan, penduduk usia tidak produktif di atas 65 tahun ke atas akan menjadi tanggungan bagi penduduk usia produktif. Penduduk usia tidak produktif diperkirakan jumlahnya mencapai 65%, di mana sekitar 35% di antaranya akan menjadi tanggungan bagi penduduk usia produktif.
“Makanya penduduk usia produktif mesti sehat, memiliki lapangan pekerjaan, kualifikasi, dan kompetensi. Sehingga persoalan stunting bisa diminimalisasi dan bonus demografi menjadi sebuah berkah bukan musibah,” kata Asep Wahyu.
Dia mencontohkan, pemerintah telah mencanangkan gerakan Indonesia Emas menuju kelas dunia di tahun 2045. Jadi, bayi yang dilahirkan pada 2022 akan berumur 23 tahun di 2045 mendatang.
Mereka semua harus terbebas dari stunting dan itu bisa terwujud jika penduduk usia produktif (orang tua dari bayi lahir pada 2022) saat ini sejahtera secara ekonomi. Mengingat, persoalan stunting berkaitan dengan masalah kemiskinan.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat gizi buruk, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Kasus gizi buruk pada anak biasanya terjadi pada keluarga prasejahtera.
Berdasarkan data penimbangan di Posyandu, sekitar 500 ribu balita di KBB rawan gizi buruk. Sementara data Dinas Kesehatan, angka stunting di KBB yakni 9,54% atau 1 berbanding 10 balita.
Menurut Asep, Pemkab Bandung Barat telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga tingkat desa. Tim tersebut juga melibatkan berbagai komponen masyarakat. (Adv)