Terpuruk Karena Pandemi, Kampoeng Rajoet Binong Jati Gebrak Pasar Dengan Jualan Online

Perajut di Kampoeng Rajoet Binong Jati tengah merapihkan produknya. (Foto: Yan/Jabarnews)

“Ya ini dampak dari demand atau permintaannya fesyen rajut naik juga. Jadi, bahan bakunya pun naik,” ungkapnya.

Agar tetap bertahan tanpa menjatuhkan harga produk, Eka mengatakan pentingnya branding dan konten media sosial. Para perajut juga harus rajin mencari tren yang sedang ramai di media sosial.

Baca Juga:  BI Jabar Gelar Pasar Murah Untuk Pengendalian Inflasi Jabar 2017

Namun, Eka mengakui, jika masih terjadi kesenjangan pengetahuan dan keahlian untuk terjun ke dunia digital. Maka dari itu, ia melakukan kerja sama dengan beberapa kampus di Kota Bandung untuk mengajak mahasiswa magang lewat program ‘Sekolah Rajut’.

Baca Juga:  Uu Ruzhanul Ulum Dorong Pendirian Pesantren Qoriah

Beberapa kampus yang ia ajak kerja sama antara lain Unpar, Unpad, Unpas, Telkom University, Unibi, Politeknik Ganesha, dan kampus lain yang memiliki fakultas tekstil seperti ITB dan STT Tekstil.

Baca Juga:  Penyaluran BLT BBM di Jabar Baru Capai 45,51 Persen

“Anak muda itu keren-keren idenya. Mereka juga melek teknologi, beda lah dengan generasi kami. Saya ingin anak muda senang dan mau bantu kembangkan rajut Binong Jati,” katanya.