Terpuruk Karena Pandemi, Kampoeng Rajoet Binong Jati Gebrak Pasar Dengan Jualan Online

Perajut di Kampoeng Rajoet Binong Jati tengah merapihkan produknya. (Foto: Yan/Jabarnews)

“Saya kerja sama dengan kampus-kampus untuk belajar bareng digital marketing. Mereka bikin konten dan brandingnya, kita sediakan produknya,” imbuh Eka.

Tak hanya dengan akademisi, Eka juga menggait komunitas untuk meluaskan informasi tentang Kampoeng Radjoet di ranah digital. Sebab baginya, kebiasaan masyarakat sekarang sudah bergeser pula ke arah digital. Semua informasi bisa diperoleh dari Google, Instagram, Tiktok, dan Youtube.

Baca Juga:  Keren! Rayakan Ulang Tahun ke-11, Bikers Brotherhood 1% MC West Java Chapter Gelar Aksi Kemanusiaan

Bukan hanya dari strategi marketing yang mengarah ke digitalisasi, Eka berpendapat, produksi pun harus mulai berkembang menggunakan teknologi berbasis computerized. Sampai saat ini, para pengrajut masih menggunakan mesin yang dijalankan secara manual.

Baca Juga:  Soal Pusat Kesehatan Ibu dan Anak di Bandung, Ini Harapan Setiawan Wangsaatmaja

“Sehari itu bisa jadi satu lusin kalau pakai mesin manual. Kalau kita pakai computerized bisa tiga kali lipatnya atau lebih. Tapi tentu SDM-nya harus diupgrade juga. Harus tahu cara mengoperasikan mesin komputer ini,” tuturnya di sela-sela suara mesin rajut yang terdengar jelas dari ruang produksi.

Baca Juga:  DPRD Ingatkan Hak Jaminan Pendidikan dan Kesehatan Warga Kota Bandung

Eka berharap, dengan terdigitalisasi semua kegiatan produksi di Kampoeng Radjoet kedepannya, bisa semakin meramaikan desa Binong Jati. Sehingga semakin banyak pula orang yang datang berwisata dan membeli produk mereka.