Menurut Epi, para peserta Petani Milenial yang dibimbing Dishut Jabar sangat antusias mengikuti setiap kegiatan. Antusiasme itu, kata Epi, membuat penghasilan dari budi daya jamur kayu tinggi.
“Karena pemasaran jamur kayu masih terbuka luas di Sukabumi, sehari satu ton [kebutuhan] diperlukan. Jadi proses produksi sangat terbuka, offtaker juga lancar pemasarannya,” katanya.
Dishut Jabar juga rutin memberikan sosialisasi kepada para peserta Petani Milenial dan pelatihan-pelatihan teknis. Itu dilakukan agar budi daya yang dilakukan memberikan pendapatan lebih. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah media tanam kayu jamur menjadi woodpalet.
“Kan jamur kayu media tumbuhnya limbah serbuk gergaji. Setelah empat bulan media itu jadi limbah lagi, tapi kami proses limbah tadi jadi woodpalet, jadi bahan bakar. Petani tidak usah beli gas untuk bahan bakar log-nya,” tuturnya.
Dengan begitu, kata Epi, budi daya jamur kayu tidak menghasilkan limbah. Terlebih, sisa pembakaran limbah abunya akan dijadikan pupuk.