Menurut Deni, tambahan operasional yang diminta sopir adalah sebesar Rp50 ribu. “Biaya tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional harian mereka. Selama ini, sopir selalu mengeluarkan uang operasional dari kantong pribadi,” kata Deni.
Jika dihitung, DLH Kota Bogor harus mengeluarkan sekitar Rp6,5 juta per hari untuk memenuhi tuntutan sopir. Dalam sebulan, anggaran yang diperlukan mencapai Rp195 juta.
Deni menyatakan bahwa DLH akan terus berkomunikasi dengan para sopir yang mogok untuk menemukan solusi. “Kami akan berusaha menjalin komunikasi lagi. Kami pun merasa malu mendapatkan Adipura tapi tidak mengakomodir keinginan sopir,” tegas Deni.
Akibat mogok kerja ini, beberapa lokasi di Kota Bogor mulai mengalami penumpukan sampah. Di Pasar Anyar, sampah terlihat menumpuk sejak pagi hari.
“Baru hari ini sampah mulai menumpuk. Kemarin siang masih ada pengangkutan,” kata Erdi, petugas pengangkut sampah di Pasar Anyar.
Dalam kondisi normal, satu boks sampah bisa diangkut setiap harinya dari lokasi tersebut. “Jika tidak diangkut hari ini, penumpukan sampah bisa semakin parah,” tandasnya. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News