Gerakan perbaikan jalan ini sepenuhnya mengandalkan donasi dari masyarakat sekitar, terutama para petani. Miftah menjelaskan bahwa tidak ada dana dari pemerintah atau pejabat, sehingga mereka hanya bergantung pada sumbangan sukarela dari donatur.
Untuk perbaikan sementara, mereka membutuhkan enam truk batu cabluk. Namun, hingga kini baru terkumpul cukup dana untuk membeli empat truk.
“Ini solusi jangka pendek kami. Gotong royong ini semoga bisa jadi inspirasi, tapi jangka panjangnya jelas butuh perhatian pemerintah. Idealnya, jalan ini harus dirabat beton agar lebih awet,” jelas Miftah.
Miftah menegaskan pentingnya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur pertanian. Ia menyayangkan prioritas yang sering hanya diberikan pada akses jalan untuk pegawai atau pejabat, sementara petani dibiarkan berjuang sendiri.
“Jangan cuma jalan pejabat yang diperbaiki. Petani juga butuh jalan layak untuk ke ‘kantor’ mereka, yaitu sawah. Sudah diusulkan, tapi sampai sekarang tidak ada tindakan. Kalau tidak peduli, ya beginilah hasilnya, rakyat turun tangan sendiri,” tandasnya. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News