Amanda warga Purwakarta, sudah 6 tahun tinggal di pondok pesantren itu, sejak ia berusia 12 tahun dan kini sudah berusia 18 tahun. Selama berada di sini, ia tidak dipungut biaya sepeserpun baik pesantren ataupun untuk menganyam pendidik formal.
“Masuk ke sini ketika kelas 1 SMP, sekarang udah lulus SMA. Dulu memang saya ingin pesantren waktu itu ada kenalan polisi ngajak ke Abah, dan baiknya Abah itu menerima tanpa dipungut biaya apapun,” tutur Amanda.
Amanda kini sudah lulus mengayam pendidikan formal dan non formal, namun ia tetap bertahan di pondok pesantren bahkan kini ikut menjadi tenaga pengajar. Ia juga ikut andil dalam segi bisnis yang dimiliki oleh pesantren ini. Mulai dari kafe, mini market, hingga beberapa usaha lain.
“Saya sekarang udah lulus tapi saya berniat untuk membalas budi kepada Abah, selama ini abah sudah baik dan saya tidak bayar apapun selama di sini. Saya ingin mengajar di sini, saya lebih sudah pelajar tentang agama. Abah juga mengajarkan ke para santri berwirausaha. Kita ikut membuka kafe, mini market yang dikelola oleh para santri, harapannya kepada memiliki ilmu selain agama, pendidikan juga ilmu wirausaha,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan oleh Muhammad Jahdan Ulhaq, pria berusia 16 tahun ini merupakan seorang anak yatim warga Bogor, Jawa Barat. Ia sudah 4 tahun tinggal di pesantren setelah salah satu orang tuanya meninggal dunia. Ia dititipkan oleh rekan Abah di Bogor.