JABARNEWS | PURWAKARTA – Lebih dari tiga tahun, Kang Ahmad warga Kabupaten Purwakarta ini menggantungkan hidupnya sebagai pengrajin gula aren demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, gula aren menjadi salah satu penompang ekonomi sejumlah keluarga di kampung Cisaat, Desa Pasirangin, Kecamatan Darangdan.
Gula aren buatan Kampung Cisaat ini merupakan salah satu komoditas unggulan hasil buah tangan penduduknya. Kualitasnya yang cukup bagus menjadikan gula aren buatan tangan Kang Ahmad dan penduduk lainnya menjadi incaran pembeli sekedar untuk dijadikan sebagai bahan pelengkap olahan makanan hingga oleh-oleh khas.
Meski cukup dikenal oleh khalayak luas, dan kerap menjadi buruan pembeli namun menjadi pengrajin gula aren tidak semanis rasanya. Pasalnya, kehidupan ekonomi Kang Ahmad, dan mungkin pengrajin gula aren di Kampung Cisaat masih berada di garis kemiskinan. Harga jualnya yang cukup murah yakni Rp20 ribu per 10 buah atau per satu ikat tidak sebanding dengan rumitnya proses pembuatannya.
Kang Ahmad menjelaskan, sejak pagi hari dirinya harus bergegas ke kebun untuk menyadap air nira dari pohonnya. Rutinitas ini bisa dilakukannya sebanyak satu sampai tiga kali dalam sehari. Namun tidak segampang yang dipikirkan, ia pertama-tama harus mengiris dulu ujung pohon arennya guna mengeluarkan air nira.
Sesudah itu, Kang Ahmad pun harus menunggu hingga tiga hari untuk bisa memanen atau mengambil air nira dari pohonnya. Jumlah air nira yang bisa diperoleh setiap harinya bisa berbeda-beda tergantung dari pohonnya. Hal inilah yang sangat mempengaruhi banyak tidaknya produksi gula aren.