Kang Ahmad mengatakan, gula aren buatannya hanya dijual dikediamanya saja, tidak sampai dipasarkan ke toko atau pasar tradisional. Mengingat, kuantitas produksinya yang relatif sedikit sehingga dikhawatirkan tidak sanggup memenuhi permintaan pasar.
Diakuinya juga, penghasilannya sebagai pengrajin gula aren tidak banyak akan tetapi dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia pun bila tidak sedang membuat gula aren, disempatkannya menjadi penyadap getah pohon pinus.
“Pemasaran, ada yang kesini beli. Gak dipasarkan karena sedikit bikinnya juga jadinya kagok masarkannya juga. Kalau untuk penghasilan mah alhamdulillah, dicukup-cukupin. Keseharian selain buat gula aren, saya juga nyadap getah pinus,” katanya.
Kang Ahmad berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan dan juga solusi agar gula aren buatannya dan warga kampung lainnya bisa semakin dikenal bukan hanya oleh warga Purwakarta saja, tetapi ke daerah-daerah lainya. Mungkin dengan begitu, bisa mengangkap perekonomian warga Kampung Cisaat.
“Kalau bantuan mah pengen, tapi kalau ke orang kecil mah sekedar lewat saja. Intinya, harapan untuk saya pengen sehat saja sehingga kedepannya bisa maju. Kalau gaka ada dukungan mah mau maju gimana, tapi dukungan dari atas ke bawah jarang sampai,” pungkasnya. (Red)