Hal yang berbeda lainnya adalah soal keberagaman informasi yang semertinya bisa dibagikan kepada pembaca, namun mesin distribusi berita membuatnya menjadi homogen. Sebab, hari ini media online berhadapan dengan sistem algoritma yang dibuat oleh platform distribusi konten.
Perubahan peta media inilah yang menjadi peluang munculnya informasi haoks yang sengaja diproduksi atau dibagikan karena seseorang tidak mau melakukan cek fakta benarnya.
Pelatihan prebunking ini adalah uapaya mencegah informasi hoaks terus begulir dan dipercaya oleh masyarakat. Prebunking ibarat vaksin yang disuntikkan kepada masyarakat sehingga mereka kebal atau dapat menganalisis bahwa informasi bisa masuk kategori hoaks atau benar.
“Sampah di digital, hoaks dan lainnya itu banyak, menumpang pada peristiwa. Rumusnya, ada peristiwa besar, lalu muncul di situ. Isu politik, hoaks-nya politik, isu bencana hoaksnya bencana. Prebungking ini mencegah, agar masyarakat paham bahwa informasi yang diterimanya itu hoaks dan tidak menyebarkannya,” ujarnya.
Ketua AMSI Jawa Barat Riana A Wangsadiredja mengatakan, praktik jurnalisme prebunking akan memperkuat cek fakta.