JABARNEWS | SUBANG – Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami penurunan.Penurunan harga gabah ini karena pengaruh cuaca buruk. Kondisi tersebut terjadi saat panen padi di Desa Cimayasari, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang.
Meski di sejumlah daerah tengah memasuki musim panen, namun harga gabah kering dari petani masih dibeli dengan harga rendah. Bahkan, harga gabah kering panen mengalami penurunan dari sebelumnya Rp 650 ribu perkuital kini hanya dihargai Rp530 ribu per kuintalnya.
Para petani mengaku pasrah dengan penurunan harga gabah ini, meski di pasaran harga beras terus masih relatif mahal.
“Harga gabah kering panen terus mengalami penurunan dari sebelumnya mencapai Rp 600 ribu rupiah hingga Rp 650 per kuintalnya saat ini turun di kisaran Rp. 530 per kuintalnya,” ujar Renan (54) petani asal Kp Ciistal, Cipeundeuy Subang, Rabu (14/3/2018).
Turunnya harga gabah ini dipengaruhi cuaca buruk yang mempengaruhi produktivitas gabah. Tidak hanya penurunan harga gabah saja di musim hujan sekarang ini, namun kurangnya panas menjadi kendala bagi petani saat menjemur padi setelah dipanen.
“Sekarang menjemur padi bisa mencapai 4 hingga 5 hari sampai padi benar benar kering,karena cuaca yang tidak menentu. Kalau kita jual gabah masih basah hanya harganya cuma Rp 400 ribu per kuintalnya, jualnya ke bandar,” terangnya.
Sementara petani hanya bisa pasrah dengan semua keadaan ini, hanya saja petani masih bisa berharap dengan musim panen padi yang akan datang.
Cuaca ekstrem tidak hanya berdampak terhadap petani padi, petani cabai besar di sentra tanaman hortikultura di Dusun Cidaki desa / Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang mengaku rugi akibat curah hujan yang tinggi.
Hal tersebut disampaikan Ujang (47) yang menyatakan, akibat curah hujan tinggi di awal tahun tanaman cabai di kampung Cidaki mengalami pembusukan.
“Akibat pembusukan tersebut para patani beralih menanam cabai kecil,” tuturnya.
Menurutnya, cabai petani yang mengalami pembusukan dialihkan dengan menanam cabai kecil dan saat ini masih dalam perawatan, sehingga belum ada produksi.
“Jika ada petani yang panen, itu juga tidak seberapa, mereka rata-rata mengalami kerugian,” ujarnya.
Ujang menuturkan, lahan petani yang mengalami pembusukan, mencapai dua hektare, sehingga mengalami kerugian yang besar terhadap petani. Ya, kerugian mencapai puluhan juta Kang, belum lagi dengan petani lainnya.
Tanaman cabai bukan jenis tanaman yang membutuhkan banyak air, namun jika pada musim hujan, petani dapat mengendalikan, agar tanaman itu tidak terlalu tergenang air.
“Tapi musim hujan hujan sekarang, air hujannya gak bisa kita kendalikan, selalu kebanjiran,” pungkasnya. (Mar)
Jabarnews | Berita Jawa Barat