Mbah Tarji menceritakan konon pernah ada warga yang tidak percaya dengan pantangan tersebut. Sekitar tahun 1980, ada warga yang membangun rumah. Padahal sudah ada tujuh rumah. Akhirnya keluarga itu terkena musibah. Rumah yang baru dibangun itu pun lalu dipindah.
“Permasalahannya ya macam-macam. Ada yang bunuh diri dengan menggantung atau ada juga yang bunuh diri di hutan minum racun tikus atau warga yang tidak merasa betah,” jelas Mbah Tarji.
Hal senada juga disampaikan Modriah (40) warga setempat. Modriah mengaku mempercayai larangan yang sudah diwariskan leluhurnya itu.
“Kata bapak saya di sini harus 7 rumah, tidak boleh lebih. Itu pesan dari penjaga kampung sini turun temurun,” kata Modriah.
Modriah percaya larangan itu bermaksud agar warga bisa hidup tenang dan saling membantu. “Saya percaya ‘sesepuh’ (penjaga Dusun Sibimo) yang menjaga warga. Kalau ada yang berniat jahat masuk sini pasti dihadang oleh penjaga dusun yang biasa disebut warga sebagai Bimo Sekti,” tambahnya. (red)
sumber: Detik.com