Mengingat, lanjut Dewi, wabah tersebut sebetulnya bisa tertangani, dengan cara pemberian imunisasi dengan terjadwal.
“Desa ini dalam tiga tahun terakhir cakupan imunisasinya sangat rendah sekali. Memang pada saat kami turun ke lapangan juga, agak sulit mengedukasi (masyarakat) karena mereka mempunyai pemikiran meninggal itu qodarullah (takdir Allah),” ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya akan terus melakukan upaya agar kasus tersebut tidak semakin membesar dan meluas di Jawa Barat. Saat ini, lanjut Dewi, pihaknya terus melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama di lapangan.
“Karena penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwalnya. Seperti untuk anak di bawah 11 bulan, kemudian pada usia 2 tahun, saat usia SD,” tuturnya.
Dewi mengatakan, pihaknya juga akan terus melakukan pemberian imunisasi dengan cara outbreak response kepada warga Kabupaten Garut. “Nantinya dalam satu kecamatan itu, kita lihat cakupan imunisasinya dan akan berikan imunisasi difteri,” ujarnya.