Melalui sarana digital, menurutnya, pengunjung dapat dengan mudah mendapatkan pesan yang tidak membosankan.
“Jadi nanti setiap ruangan bisa menggambarkan peristiwanya sendiri, dan pengunjung bisa interaktif dengan bahan media yang disiapkan di dalam museum,” ujarnya.
Kang Dedi juga mengajak komunitas Tionghoa yang memiliki sederet pelayan kesehatan untuk berkolaborasi mewujudkan gagasannya dalam menggabungkan pengobatan tradisional dengan modern.
Hal tersebut, kata Kang Dedi, sudah banyak dilakukan di sejumlah rumah sakit luar negeri termasuk China. Di sana orang masyarakat bisa bebas memilih untuk berobat secara tradisional atau modern.
“Sehingga masyarakat mendapatkan dua pilihan, dan dua metode pengobatan itu bisa saling menyempurnakan antara pengobatan dengan unsur kimiawi dan tradisional yang biasanya herbal,” ucapnya.