Festival ini bukan hanya menghidupkan kembali kecintaan masyarakat terhadap bambu, tetapi juga membuka mata akan potensi ekonominya. Retno menekankan bahwa bambu tidak hanya sekadar bahan untuk kerajinan atau musik, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang mendalam.
“Kami ingin masyarakat memahami bahwa bambu adalah jembatan antara tradisi, teknologi, dan lingkungan,” tambahnya.
Dengan memanfaatkan bambu sebagai medium kreatif, Festival SADA AWI menyajikan refleksi mendalam tentang bagaimana kekayaan budaya bisa berdampingan dengan inovasi. Dari alat musik hingga material bangunan, bambu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda.
Festival ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kembali nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk melestarikan budaya lokal. SADA AWI bukan hanya perayaan seni, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News