Gawat, Kota Bogor Duduki Posisi Ketiga Tertinggi di Indonesia Soal Ini

Alun-Alun Kota Bogor
Alun-Alun Kota Bogor. (foto: istiemewa)

“Selain itu, kondisi rumah yang tertutup, lembab, dengan banyak tumpukan barang dan genangan air juga menjadi tempat berkembang biak nyamuk,” tambahnya.

Syarifah Sofiah menjelaskan bahwa nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai daerah dingin seperti Kota Bogor dibandingkan dengan daerah panas. “Perbandingan data dengan daerah panas menunjukkan perbedaan signifikan,” ujarnya.

Baca Juga:  Kemensos Canangkan Desa Bebas Narkoba di Cigentur Sumedang

Ia juga menekankan bahwa Kota Bogor aktif melaporkan kasus DBD ke Kemenkes Indonesia. “Aktivitas pelaporan yang rutin di daerah lain juga penting, tetapi yang tergambar dari data memang perlu diantisipasi,” kata Sekda.

Baca Juga:  Konferensi Internasional BAIC 2022 Usung Tema Ekosistem Halal, Rektor Unisba Berharap Begini

Data menunjukkan bahwa terdapat sekitar 20 ribu penderita DBD di Kota Bogor dengan 11 kasus kematian, mayoritas di kelompok umur 7-15 tahun.

Untuk menanggulangi masalah ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan berbagai langkah pencegahan melalui Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN).

Baca Juga:  Prabowo Kumpulkan 32 Pemred Media Nasional di Hambalang, Ini yang Dibahas

“Langkah-langkah seperti Gertak PSN di sekolah-sekolah, dan partisipasi Jumantik di tingkat RT/RW telah dilakukan. Kami berharap ini dapat mengurangi kasus DBD,” pungkas Syarifah Sofiah. (red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News