“Ilmu ekonomi dasar menunjukkan kenaikan harga tersebut terjadi akibat rendahnya tingkat ketersediaan.
Hal sama menurut Alief, cadangan beras pemerintah cuma 680 ribu ton, separuh dari batas aman 1.200 ton, Lonjakan harga ini memunculkan pertanyaan bagi kami mengenai peran Perum Bulog Kabupaten Cianjur, sebagai pengelola persediaan dan distribusi serta pengendali harga beras.
“Apalagi harga sudah lama mulai merangkak naik,” ujar dia.
Sementara, soal kenaikan harga beras Himpunan mahasiswa Tjiandjur (HIMAT) menyoroti dengan indikasi (dugaan) hasil temuan advokasi ke lapangan meuntut diantaranya usut tuntas indikasi gratifikasi, segera lakukan operasi pasar, sanksi para oknum yang memberikan pasokan beras ke PT yang tidak sesuai syarat, segera ganti pimpinan Perum Bulog Cabang Cianjur.
Terakhir Alief menambahkan yaitu sejak Agustus 2022. Saat itu satu kilogram beras medium masih bisa dibawa pulang dengan uang Rp8.300, sampai sekarang 2023 bulan september harga beras melonjak tinggi derastis masyarakat mendapatkan harga Rp11.000 itupun beras yang sangat jelek.