JABARNEWS | BANDUNG – Tim Asesor Evaluasi Program Smart City Kelas A menilai Kota Bandung sudah terlihat kemajuannya dari tahun ke tahun dengan konsisten menerapkan smart city. Hal itu berdasarkan evaluasi serangkaian kinerja Bandung Smart City yang dipaparkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Senin 13 November 2023.
“Dari hasil pemaparan dan penjelasan atas pertanyaan evaluasi kami pun sudah tergambar dengan jelas kemajuan tiap tahun yang dilakukan Pemkot Bandung. Ada beberapa program yang sama dengan tahun lalu, tapi sudah dilakukan pengembangan. Bahkan, ada juga yang terbaru untuk menunjang pelayanan bagi masyarakat,” ujar Ketua Asesor Kelas A Program Smart City, Hafni Setiana.
Merespon hal tersebut, Pj Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono menyebutkan, poin penting dari program smart city Kota Bandung adalah memberikan kemudahan dalam pelayanan baik untuk warga maupun pendatang.
“Kota Bandung mempunyai branding sebagai kota jasa dan perdagangan, salah satunya bagaimana kita memberikan pelayan yang mudah baik untuk warga Kota Bandung maupun pendatang,” ungkap Bambang.
Ia menambahkan, banyak permasalahan yang bisa diselesaikan melalui program smart city, mulai dari sampah hingga pariwisata. Terlebih sampai saat ini Kota Bandung masih berada dalam status darurat sampah.
Dengan adanya penanganan sampah melalui program Kang Pisman dan dibantu juga dengan aplikasi Bandung Waste Management (BWM) semua pihak bisa sama-sama mengolah sampah dari hulu.
“Ini merupakan inovasi untuk memberikan kemudahan bagi siapapun. Termasuk potensi UMKM kita jadikan sebagai spot pilihan wisata bagi para wisatawan di Kota Bandung,” ucapnya.
Ia meminta kepada semua ASN untuk terus melakukan inovasi yang bertujuan memberikan kemudahan baik di internal ASN, para pengusaha di Kota Bandung, masyarakat, dan pengunjung.
Bahkan, Pemkot Bandung telah membuat konsep besar secara bertahap untuk menduplikasi pusat Kota Bandung di beberapa titik salah satunya di Bandung Timur. Dengan begitu, warga tidak perlu harus selalu menuju ke pusat kota untuk mendapatkan kebutuhan karena sudah tersedia di wilayah yang lebih dekat.
“Kami mempersiapkan rencana besar itu dengan harapan besar. Untuk siapapun kepala daerah Kota Bandung nantinya bisa melanjutkan rencana ini,” harap Bambang.
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung, Yayan A. Brilyana memaparkan, untuk menciptakan smart city, ada beberapa upaya yang telah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Di antaranya integrasi transportasi, kantong parkir, penataan kabel udara, pusat data terintegrasi, pengelolaan sampah, dan kewenangan pembangunan.
“Meski memang kebanyakan masih sama dengan tahun lalu, tapi selalu kami kembangkan untuk semakin memudahkan pelayanan bagi masyarakat Kota Bandung. Misalnya Bus Rapid Transit (BRT), bus listrik, dan aplikasi Bandung Easy Mobility (Bemo) untuk memudahkan masyarakat mengakses transportasi dan rutenya,” jelas Yayan.
Pemkot Bandung juga terus berupaya menata kabel udara FO agar tidak membahayakan pengemudi dan tetap menjaga estetika kota. Sampai saat ini sudah 10 km ruas jalan di Jalan Dago dan Riau bebas dari kabel udara. Targetnya sampai 13 ruas yang akan dibenahi.
“Ini menggunakan sistem ducting. Jadi semua kabel FO kita pindahkan ke bawah tanah. Selain itu perapian kabel juga terus dilakukan demi keamanan masyarakat. Sudah ada 77 titik perapian kabel sepanjang 38 km,” paparnya.
Tahun ini, Pemkot Bandung melakukan lelang ducting. Sehingga targetnya dalam 3 tahun, tidak ada kabel yang mengganggu keamanan dan kenyamanan estetika kota.
Selain itu, Yayan menerangkan, smart city juga digunakan untuk menyelesaikan pengolahan sampah. Salah satunya melalui aplikasi Bandung Waste Management (BWM).
“Ini untuk memantau titik TPS yang overload, wilayah yang sudah menjadi kawasan bebas sampah (KBS), sistem pengolahan sampah di Kota Bandung, dan lainnya,” katanya.
Di Kota Bandung sudah ada 272 RW KBS. Sebanyak 123 ton sampah per harinya sudah diolah, sehingga tidak ada lagi yang dibuang ke TPA.
Kemudian, ia menyebutkan, Bandung Smart City pada tahun 2022 berhasil mendapat nilai 3,88. Angka ini naik dibandingkan tahun 2021 sebesar 3,71.
“Menurut Kemenkominfo, ini nilai paling tinggi di Indonesia. Smart City di Kota Bandung juga digunakan untuk menyelesaikan permasalah lain dalam bidang kesehatan, pariwisata, lingkungan, ekonomi, pendidikan, dan layanan umum lainnya,” akunya.
“Inflasi Kota Bandung menjadi paling rendah se-Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tadinya -2 persen sekarang menjadi 5,4 persen,” imbuh Yayan.
Bahkan, Kota Bandung juga memiliki kecamatan living lab di Coblong dan Sumur Bandung untuk dijadikan contoh menyelesaikan permasalah sesuai karakter wilayah.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian menambahkan, dari bidang kesehatan, Bandung smart city sudah menghasilkan aplikasi sistem informasi kesehatan daerah (Sikda).
Dalam aplikasi Sikda, terdapat rekam medis para pasien di Kota Bandung. Anhar mengatakan, hal ini akan diintegrasikan dengan aplikasi Satu Sehat milik pemerintah pusat.
“Bandung belum menjadi pilot Project untuk kegiatan e-rekamedik. Tapi kami sudah minta kepastian untuk bisa jadi next pilot project karena kegiatan ini sangat penting. Tim kami sudah mulai menjajaki kemungkinan bridging dengan aplikasi Satu Sehat tersebut. Semoga kita bisa mendapat sambutan baik dari Kemenkes agar bisa diintegrasikan,” ungkap Anhar.
Salah satu anggota Tim Asesor Kelas A Program Smart City, Surahyo Sumarsono menuturkan, aplikasi Sikda menjadi terobosan sistem kesehatan terintegrasi dari ujung ke ujung.
Ia menyarankan agar aplikasi tersebut bisa terintegrasi dengan aplikasi yang lebih umum digunakan masyarakat seperti mobile JKN.
“Kami berharap aplikasi yang dimiliki Kota Bandung juga bisa terintegrasi dengan mobile JKN karena itu aplikasi yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat,” tutur Surahyo. (Diskominfo)