“Kalau ada kegiatan sekolah mesti konfirmasi ke wali kelas. Terkadang kan ada anak yang mengatasnamakan belajar kelompok, maka kami mengimbau ke orangtua siswa dan ke depannya kami akan berkoordinasi kembali dengan pihak kepolisian untuk memberikan pembinaan dan memberitahukan wawasan ke siswa akan bahaya perundungan, perkelahian, geng, hingga narkoba,” katanya.
Perkelahian ini juga diakui Risman dan Uus lantaran tak adanya pembelajaran tatap muka (PTM) dan beralih ke 50 persen PJJ.
“Tak adanya PTM berpengaruh, karena kalau di sekolah itu kan bisa terpantau. Apalagi kami selalu lakukan patroli atau pemantauan ketika pulang sekolah. Para siswa yang berkelahi itu harusnya dapat giliran PJJ,” tandasnya. (Yan)